JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melanjutkan pelemahannya dalam perdagangan tengah pekan ini. Sentimen eksternal, terutama peningkatan tensi geopolitik, bakal membebani pergerakan rupiah.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat rupiah berisiko melanjutkan pelemahannya. Dia beralasan ketegangan geopolitik mengkhawatirkan investor global, terutama akibat ancaman pemberhentian produksi minyak oleh Libya sehingga membuat dollar AS menguat secara global.
Selain itu, Josua menilai berlanjutnya pelemahan rupiah juga dipengaruhi potensi kenaikan data harga perumahan serta penguatan data keyakinan konsumen Amerika Serikat (AS). Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (28/8), bergerak di kisaran 15.475-15.575 rupiah per dollar AS.
Sebelumya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada akhir perdagangan, Selasa (27/8) sore, melemah 56 poin atau 0,37 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.495 rupiah per dollar AS. Pelemahan dipengaruhi rilis data penjualan barang tahan lama Amerika Serikat (AS) yang lebih baik dari perkiraan.
"Rupiah melemah terhadap dollar AS yang rebound setelah data penjualan barang tahan lama AS yang lebih baik daripada perkiraan," kata analis mata uang Lukman Leong di Jakarta.
Lukman menuturkan penjualan barang tahan lama AS Juli 2024 secara month on month (mom) tumbuh 9 persen lebih tinggi dibandingkan perkiraan 5 persen dan -6,9 persen sebelumnya.
Lebih lanjut, Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi. Lukman memperkirakan rupiah, Rabu (28/8), bergerak di rentang 15.450-15.550 rupiah per dollar AS.
Menurutnya, meskipun didukung oleh prospek pemangkasan suku bunga the Fed, namun masih tertahan oleh ketidakpastian di Timur Tengah. "Investor juga mengantisipasi data inflasi PCE AS akhir pekan ini," kata dia.