JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan cenderung sideways karena pelaku pasar cenderung bersikat menunggu atau wait and see. Pergerakan rupiah cenderung stabil karena minimnya sentimen maupuan pengumuman data ekonomi.

Pengamat pasar keuangan Nanang Wahyudin menilai pelaku pasar cenderung menunggu dan mengantisipasi hasil rapat dari berbagai bank sentral pada pekan ini, khususnya sikap The Fed mengenai kejelasan tapering pada November mendatang. Sejauh ini, lanjutnya, pasar sudah mengekspektasikan keputusan The Fed terkait tapering.

Namun, selama belum ada kepastian, rupiah diperkirakan masih bergerak flat atau mendatar. Kurs rupiah awal pekan ini diperkirakan bergerak di kisaran 14.080- 14.185 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta ditutup stagnan jelang akhir pekan namun diyakini masih akan bergerak positif seiring surplus neraca perdagangan. Rupiah, Jumat (22/10) sore, ditutup stagnan alias sama dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.123 rupiah per dollar AS.

"Pekan ini rupiah bergerak cukup stabil, memang meski sedikit terdepresiasi dibandingkan penutupan pekan lalu," kata analis pasar uang Bank Mandiri Rully Arya di Jakarta.

Secara umum, lanjut Rully, prospek rupiah ke depan cukup baik seiring tingginya surplus neraca perdagangan dalam beberapa bulan terakhir. Surplus neraca perdagangan ke depan diperkirakan masih berlanjut seiring harga-harga komoditas andalan Indonesia yang terus mengalami kenaikan seperti batubara, CPO dan karet.

"Hal ini kemungkinan akan menyebabkan Indonesia akan mengalami current account surplus," ujar Rully.

Baca Juga: