JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi terkoreksi dalam perdagangan tengah pekan ini meskipun bersifat terbatas. Fokus pelaku pasar masih tertuju kepada perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS).

Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat pergerakan IHSG bakal dipengaruhi sejumlah faktor seperti sikap investor menantikan data pekerjaan Amerika Serikat (AS), fluktuasi harga komoditas serta nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Karenanya, Herditya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Rabu (5/6), bergerak cenderung terkoreksi terbatas dengan support di posisi 7.036 dan resistance di level 7.171.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (4/6) sore, ditutup menguat dipimpin oleh saham- saham sektor barang konsumen nonprimer. IHSG ditutup menguat 63,12 poin atau 0,90 persen ke posisi 7.099,31, sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 7,51 poin atau 0,85 persen ke posisi 895,79.

"Sektor manufaktur memang sedang mengalami pukulan keras dari kenaikan suku bunga, yang di maksudkan untuk mengendalikan inflasi," sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta.

Sub-Indeks Manufacturing New Orders turun ke level 45.4, atau terendah dalam setahun terakhir dari level 49,1 pada April 2024 dan jauh di bawah estimasi pasar sebesar 49,4, sedangkan Sub-Indeks Manufacturing Prices Paid turun ke level 57,0 dari sebelumnya level 60,9, atau berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 60,0.

Selain itu, data Construction Spending memperlihatkan belanja konstruksi di Amerika Serikat (AS) turun 0,1 persen month to month (mtm) pada April 2024, menyusul penurunan sebesar 0.2 persen (mtm) pada bulan sebelumnya dan bertolak belakang dengan ekspektasi pasar yang naik 0,2 persen.

Dari pasar obligasi, imbal hasil (yield) juga bergerak turun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun anjlok sekitar 11 basis poin (bps) menjadi 4,40 persen, atau terendah dalam dua pekan.

Sementara itu, yield US Treasury Note bertenor 2 Tahun turun hampir 8 bps menjadi 4.81 persen karena investor memperdebatkan arah pergerakan suku bunga.

Baca Juga: