JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi menguat lanjutan, hari ini (14/7), di tengah pelamahan sejumlah bursa di kawasan Asia. Sentimen eksternal dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed diperkirakan masih dominan.

Research Analyst Reliance Sekuritas, Lukman Hakim menambahkan IHSG masih akan cenderung menguat meskipun sempat berlawanan dengan arah bursa regional. Lukman memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (14/7), bergerak cenderung menguat di kisaran 6.770-6.860.

IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (14/7) sore, ditutup menguat seiring dengan optimisme bahwa The Fed akan cenderung dovish atau longgar terkait kebijakan moneternya. IHSG ditutup menguat 2,00 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.810,21. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,04 poin atau 0,11 persen ke posisi 956,94.

"IHSG bergerak variatif terpengaruh oleh tekanan aksi jual dan profit taking di tengah harapan ada ruang bagi The Fed untuk melonggarkan pengetatan," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta.

Dari mancanegara, pasar menyambut positif setelah Amerika Serikat (AS) melaporkan data inflasi periode Juni 2023 yang melambat menjadi 3 persen year on year (yoy), dari sebelumnya 4 persen (yoy).

Dengan data inflasi secara tahunan yang melambat tersebut, akan memberikan ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mengakhiri siklus pengetatan kebijakan moneter atau segera mengakhiri kenaikan suku bunga acuan.

Meski demikian, pasar menilai The Fed masih memiliki ruang menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Juli 2023 ini, sehingga pasar cenderung menanti sikap Bank Indonesia (BI) terkait dengan kebijakan moneternya.

Dibuka menguat, IHSG betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG cenderung betah di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.

Baca Juga: