JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan penguatannya jelang akhir pekan ini meskipun terbatas. Pergerakan IHSG bakal dipengaruhi sentimen global, khususnya negosiasi mengenai plafon utang dan potensi gagal bayar atau default pemerintah Amerika Serikat (AS) pada Juni mendatang.

Technical Analyst Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Jumat (5/5), bergerak di kisaran 6.800-6.880. Menurut Ivan, pasca pengumuman kenaikan bunga acuan bank setral AS (The Fed) dan tekanan jual di bursa, pelaku pasar lebih berani kembali melakukan aksi beli meskipun masih terbatas.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/5) sore, ditutup menguat di tengah sentimen kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed. IHSG ditutup menguat 31,31 poin atau 0,46 persen ke posisi 6.844,03. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 4,63 poin atau 0,49 persen ke posisi 952,27.

"Namun demikian, pergerakan IHSG ini berada di tengah sentimen negatif dari global, dimana semalam The Fed kembali menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 basis poin menjadi 5,25 persen," ujar Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana di Jakarta.

Di sisi lain, lanjut Herditya, investor masih mencermati perkembangan akan krisis perbankan yang masih menyelimuti AS. Bank sentral AS The Fed menaikkan FFR sebesar 25 basis poin dalam pertemuan tadi malam, yang mana sesuai ekspektasi pasar dan mengisyaratkan bisa menghentikan kenaikan lebih lanjut.

Bos The Fed Jerome Powell mengatakan The Fed masih memandang inflasi terlalu tinggi, dan masih terlalu dini mengatakan siklus kenaikan suku bunga berakhir.

Baca Juga: