JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi berbalik melemah, hari ini (1/8). Selain rilis data inflasi nasional pada Juli lalu, pelemahan rupiah bakal dipengaruhi laporan PMI manufaktur Tiongkok pada Juli 2023 yang diperkirakan mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan rupiah berpotensi mengalami pelemahan terbatas. Menurutnya, kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Selasa (1/8), diperkirakan bergerak di kisaran 15.050-15.150 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, Senin (31/7), ditutup menguat 0,17 persen atau 25 poin dari akhir pekan lalu menjadi 15.080 rupiah per dollar AS.

Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong menyatakan penguatan rupiah karena sentimen positif dari tekanan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mereda.

"Selain itu, rupiah juga didukung oleh data PMI (Purchasing Managers Index) Tiongkok yang walau masih menunjukkan kontraksi, namun sedikit lebih baik dari perkiraan," ujar dia di Jakarta.

Data Juli 2023 menunjukkan PMI sektor jasa di angka 51,5 yang berarti masih bertumbuh meskipun di bawah bulan sebelumnya yang berkisar 53,2.

Untuk PMI manufaktur bulan Juli 2023, hasil survei tercatat sebesar 49,3 yang berarti masih berkontraksi, tapi angka ini sedikit lebih baik dari angka bulan sebelumnya yang berkisar 49,0 dan lebih baik dari perkiraan sebesar 49,2.

Baca Juga: