JAKARTA - Nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melanjutkan pelemahannya, hari ini (6/7). Selain konflik perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, pelemahan rupiah diperkirakan juga dipicu rilis hasil rapat bank sentral AS (The Fed) tadi malam.

Jika nada hawkish The Fed makin menguat dan mengejutkan pasar, itu dapat mendorong penguatan dollar AS. Di sisi lain, mata uang rupiah berada dalam tekanan.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Kamis (6/7), bergerak fluktuatif sebelum ditutup melemah di kisaran 15.000-15.060 rupiah per dollar AS.

Seperti diketahui, kurs rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan, Rabu (5/7) sore, tertekan peningkatan ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kurs Garuda pada Rabu ditutup turun 23 poin atau 0,15 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.018 rupiah per dollar AS.

"Ketegangan meningkat setelah importir utama Tiongkok memblokir ekspor beberapa produk galium dan germanium, yang merupakan bahan utama dalam proses pembuatan cip, ke AS," kata Ibrahim Assuaibi dalam hasil kajiannya di Jakarta.

Ibrahim menilai langkah ini merupakan pembalasan atas tindakan Negeri Paman Sam yang memblokir akses Tiongkok ke teknologi pembuatan cip utama, sehingga memicu kekhawatiran atas konflik perdagangan yang lebih besar antara ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Baca Juga: