JAKARTA - Dollar AS menguat pada akhir perdagangan Jumat (11/3) waktu New York, Amerika Serikat (AS) atau Sabtu (12/3) pagi WIB, mencapai level tertinggi lima tahun terhadap safe-haven yen menyusul adanya beberapa kemajuan dalam pembicaraan antara Russia dan Ukraina. Kondisi tersebut berpotensi mendorong pelemahan lanjutan terhadap rupiah pada awal pekan ini.

Invasi Russia ke Ukraina pada 24 Februari lalu telah mengguncang pasar sehingga menyebabkan volatilitas harga sejumlah komoditas dunia dan mengancam prospek pertumbuhan ekonomi global. Dollar awalnya turun di tengah berita itu, tetapi kemudian secara bertahap menguat dan terakhir naik 0,76 persen terhadap sekeranjang enam mata uang global di 99,11.

Indeks berada di jalur untuk kenaikan 0,56 persen untuk pekan lalu, menyusul kenaikan 2,0 persen pekan sebelumnya. Ini merupakan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak April 2020. Greenback mencapai tertinggi lima tahun terhadap yen Jepang, yang turun 1,03 persen pada 117,32 yen.

"Ketika orang melihat ekonomi mana yang siap untuk menangani tekanan inflasi yang meluas, ekonomi AS terlihat seperti akan menjadi yang terbaik dan itulah mengapa Anda melihat dollar bekerja dengan baik terhadap yen dalam penghindaran risiko ini," kata Analis Senior Oanda, Ed Moya.

Sementara itu, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada jelang akhir pekan lalu ditutup melemah, seiring gagalnya negosiasi antara Russia dan Ukraina serta tingginya inflasi di Amerika Serikat. Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,18 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.301 rupiah per dollar AS.

Baca Juga: