JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS diperkirakan melemah dalam jangka pendek. Ekspektasi kenaikan imbal hasil atau yield obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) bertenor 10 tahun masih menjadi sentimen utama.

Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Nikolas Prasetia di Jakarta, Rabu (14/4), memperkirakan dalam tren jangka pendek rupiah kelihatan masih akan melemah.

"Cuma perlu dilihat perkembangan dari yield obligasi AS dan indeks dollar nanti malam (Kamis, 15/4 dini hari). Isu AS sendiri tidak banyak, hanya pidato dari (Gubernur Federal Reserve Jerome) Powell, tapi nampaknya juga masih akan mempertahankan nada yang sama seperti sebelumnya," kata Nikolas.

Seperti diketahui, kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada penutupan perdagangan tengah pekan bergerak relatif datar di tengah kenaikan imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS). Rupiah ditutup menguat tipis 2 poin atau 0,02 persen dari sehari sebelumnya menjadi 14.603 rupiah per dollar AS.

Nikolas mengatakan, aksi jual aset AS terlihat membuat rupiah agak sulit melemah lebih jauh, karena tidak hanya aksi jual obligasi AS yang membuat imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik tapi juga aksi jual dollar AS yang terlihat dari melemahnya indeks dollar.

"Pelemahan dua aset tersebut sedikit banyak menggambarkan aksi jual aset mata uang dan obligasi AS dan beralih ke aset-aset lain seperti emas dan mata uang dari negara- negara lainnya," ujar Nikolas.

Baca Juga: