JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi melemah pada awal pekan ini. Pergerakan rupiah akan dipengaruhi sentimen eksternal, terutama perkembangan ekonomi di Amerika Serikat (AS).

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menilai permintaan yang kuat di ekonomi AS terus melebihi pasokan sehingga menunjukkan adanya tekanan harga yang terus menerus di sektor jasa. Kondisi tersebut membuat inflasi tak turun secepat yang diprediksi pasar.

Hal itu akan mendorong investor berburu aset safe haven sehingga membuat rupiah melemah. Sutopo memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Senin (27/2), bergerak di kisaran 15.200-15.265 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan lalu merosot di tengah inflasi Amerika Serikat (AS) yang jauh dari target Bank Sentral AS atau The Fed yang sebesar dua persen.

Kurs rupiah pada Jumat ditutup melemah 36 poin atau 0,23 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.228 rupiah per dollar AS.

"Laporan inflasi AS beberapa waktu lalu yang menyebutkan bahwa inflasi AS yang tidak turun signifikan menyebabkan The Fed diekspektasikan untuk lebih agresif dalam melakukan kebijakan moneter," kata Analis ICDX Revandra Aritama di Jakarta.

Indeks Harga Konsumen AS, ukuran utama inflasi, naik 0,5 persen pada Januari dalam basis bulanan, kenaikan terbesar dalam tiga bulan dan lebih tinggi dari 0,4 persen yang diharapkan oleh para ekonom.

Tingkat inflasi tahunan mencapai 6,4 persen pada Januari, turun sedikit dari 6,5 persen pada Desember dan lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 6,2 persen.

Baca Juga: