Jakarta - Rupiah saat ini hanya bergerak secara teknikal dan masih memiliki potensi pelemahan di tengah antisipasi pelaku pasar terhadap keputusan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) mengenai suku bunga The Fed. "Investor masih mempertimbangkan outlook kenaikan suku bunga AS, kondisi itu membuat pergeakan rupiah relatif masih terbatas," kata Analis Valbury Sekuritas Indoneia Lukman Leong di Jakarta, kemarin.

Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa (20/3) sore, menguat 36 poin dari sehari sebelumnya menjadi 13.741 rupiah per dollar AS. Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan pergerakan dollar AS tertahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), sebagian pelaku pasar diperkirakan melakukan aksi ambil untung. "Sebagian pelaku pasar uang memanfaatkan dollar AS yang telah menguat dalam beberapa hari terakhir ini untuk ambil untung," katanya.

Di sisi lain, dia menambahkan, penguatan rupiah juga dibarengi dengan apresiasi mata uang euro seiring langkah bank sentral Eropa (ECB) yang mengurangi program stimulus pembelian obligasi dan rencana menaikan suku bunga acuannya pada pertengahan 2019 mendatang. "Kenaikan rupiah hari ini (20/3) diharapkan dapat membuka peluang bagi rupiah untuk kembali terus naik," katanya.

Ant/E-10

Baca Juga: