JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melanjutkan tren negatif, hari ini (23/8). Dalam perdagangan pada awal pekan, secara teknikal, candlestick membentuk lower high dan lower low dengan stochastic melebar setelah membentuk deadcross sehingga mengindikasikan potensi pelemahan.

Research Analyst Artha Sekuritas Indonesia, Dennies Christoper, dalam catatan risetnya, kemarin, memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Selasa (23/8), bergerak melemah dengan resistance di rentang 7.157-7.207, sementara support di kisaran 7.060-7.013.

Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (22/8), ditutup melemah seiring pelaku pasar yang menanti arahan The Fed dan juga rencana kenaikan harga Bahan Bakar Minyak atau BBM. IHSG ditutup melemah 64,45 poin atau 0,9 persen ke posisi 7.107,98. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 8,31 poin atau 0,81 persen ke posisi 1.014,68.

"Pelaku pasar mencoba menahan diri untuk masuk ke pasar aset berisiko menjelang simposium Jackson Hole di Wyoming, pekan ini. Pelaku pasar menanti arah pandangan kebijakan moneter The Fed terkait inflasi," tulis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta.

Sementara dari internal, pasar diselimuti kabar kenaikan harga BBM. Pemerintah berencana menaikkan harga BBM jenis pertalite seiring dengan beban subsidi untuk bahan bakar tersebut yang dinilai memberatkan APBN.

Di sisi lain, kenaikan BBM tersebut tentunya akan menjadi beban bagi masyarakat dan dunia usaha sehingga akan memperlemah daya beli masyarakat serta mendorong laju inflasi.

Dibuka melemah, IHSG terus bergerak di zona merah pada sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif hingga penutupan bursa saham.

Baca Juga: