JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi kembali menguat pada awal pekan ini. Selain data ekonomi Amerika Serikat, Pelaku pasar juga akan mencermati pidato Menteri Keuangan AS, Janet Yellen terkait tambahan kebijakan untuk menstabilkan sistem perbankan, termasuk wacana memberikan emergency fund atau dana darurat.
Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya memproyeksikan IHSG dalam perdagangan, Senin (27/3), bergerak kembali menguat di kisaran 6.650-6.820.
Sebelumnya, IHSG Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir pekan lalu ditutup menguat di tengah pelemahan bursa saham kawasan Asia. IHSG ditutup naik 70,64 poin atau 1,06 persen ke posisi 6.762,2. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 11,05 poin atau 1,19 persen ke posisi 941,0.
"Penguatan IHSG nampaknya juga didukung oleh pergerakan emiten-emiten perbankan yang mayoritas dalam minggu ini hingga minggu depan, mencatatkan cum dividen," ujar Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana saat dihubungi di Jakarta.
Lanjut Herditya, penguatan IHSG pada perdagangan hari ini juga dipengaruhi oleh sentimen dari Amerika Serikat (AS), yang mana mini crisis likuiditas perbankan mulai mereda seiring adanya stimulus yang akan diberikan, meskipun Fed Fund Rate (FFR) naik 25 basis poin menjadi 5 persen.
Bank sentral AS The Fed pada pertemuan Kamis (23/3) mengindikasikan akan cenderung dovish terkait kebijakan suku bunga acuan ke depan, yang menunjukkan bahwa The Fed responsif terhadap perkembangan kisruh perbankan global yang terjadi saat-saat ini.
Dibuka menguat, IHSG cenderung betah di teritori positif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih nyaman bergerak di zona hijau hingga penutupan perdagangan saham.