JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpotensi berbalik melemah tengah pekan ini. Pergerakan rupiah bakal dipengaruhi sentimen eksternal, terutama dari Amerika Serikat (AS) terkait ekspektasi sejumlah data ekonomi setempat.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat investor menantikan data harga perumahan AS yang diprediksi meningkat dan ekspektasi penguatan keyakinan konsumen AS. Karenanya, Josua memproyeksikan kurs rupiah terhadap dollar AS dalam perdagangan di pasar uang antarbank, Rabu (25/9), bergerak melemah terbatas di kisaran 15.150-15.250 rupiah per dollar AS.

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS pada perdagangan, Selasa (24/9), menguat 19 poin atau 0,12 persen dari sehari sebelumnya menjadi 15.187 rupiah per dollar AS. Penguatan terjadi di tengah rilis S&P Global PMl AS pada September 2024 yang lebih lemah dari bulan sebelumnya.

"S&P Global US Composite PMI turun ke 54,4 pada bulan September 2024, turun dari 54,6 pada bulan Agustus 2024, tetapi melampaui ekspektasi pasar sebesar 54,3," kata Josua di Jakarta, Selasa.

Josua menuturkan pertumbuhan terutama didorong oleh sektor jasa, sementara penurunan di sektor manufaktur meningkat.

Pertumbuhan sektor jasa tetap kuat, meskipun sedikit melambat karena S&P Global Services PMI turun ke 55,4 dari 55,7, sementara kontraksi sektor manufaktur memburuk dengan S&P Global Manufacturing PMI di 47,0, turun dari 47,9.

Selain itu, probabilitas penurunan suku bunga kebijakan bank sentral AS atau The Fed, Fed Funds Rate (FFR), sebesar 50 basis poin (bps) pada November 2024 cenderung menurun setelah rilis data tersebut.

Para pelaku pasar kini menantikan laporan inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) yang akan dirilis pekan ini dan komentar dari beberapa pejabat Fed untuk melihat langkah Fed selanjutnya.

Baca Juga: