JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) berpeluang melanjutkan pelemahannya pada awal pekan ini. Faktor eksternal diperkirakan masih dominan mempengaruhi pergerakan IHSG.

Pengamat pasar modal Christoper Jordan menilai pergerakan IHSG masih dibayangi kekhawatiran terhadap anggaran pemerintah Amerika Serikat (AS), kebijakan tapering, dan tingkat inflasi. Dia memperkirakan IHSG akan bergerak turun dengan support 1 di level 6.194 dan support 2 di 6.161. Sementara resistance 1 IHSG diperkirakan berada di level 6.268 dan resistance 2 di 6.309.

Sebelumnya, IHSG pada akhir pekan lalu, ditutup melemah dipicu aksi ambil untung oleh investor. IHSG terkoreksi 58,1 poin atau 0,92 persen ke posisi 6.228,85. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 8,7 poin atau 0,97 persen ke posisi 886,01.

"Katalis negatif IHSG hari ini antara lain aksi ambil untung investor pada lintas sektor, terkoreksinya mayoritas indeks di bursa Wall Street, dan turunnya harga timah, nikel, dan tembaga," tulis Tim Riset Indo Premier Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Jumat (1/10).

Dibuka melemah, IHSG terus berada di zona merah hingga penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih bertahan di teritori negatif sampai penutupan bursa saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, tiga sektor saham meningkat dimana sektor properti & real estat naik paling tinggi yaitu 0,82 persen, diikuti sektor transportasi dan sektor infrastruktur masing-masing 0,41 persen dan 0,02 persen.

Sedangkan delapan sektor saham terkoreksi dimana sektor barang konsumen non primer turun paling dalam yaitu minus 1,67 persen, diikuti sektor kesehatan dan sektor teknologi masing-masing minus 1,53 persen dan minus 1,41 persen. Penutupan IHSG diiringi aksi jual saham oleh investor asing yang ditunjukkan dengan jumlah jual bersih asing sebesar 10,52 triliun rupiah.

Baca Juga: