JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS berpeluang melanjutkan pelemahannya, hari ini (18/3). Peluang tersebut terbuka jika bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed melanjutkan kebijakan injeksi likuiditas atau quantitative easing (QE), sesuai dengan ekspektasi pasar.

Pembuat kebijakan The Fed diperkirakan akan memberikan nada optimis tentang ekonomi AS seiring dengan vaksinasi Covid-19 yang semakin cepat dan paket bantuan senilai 1,9 triliun dollar AS yang disalurkan ke rumah tangga. The Fed rencananya akan mengumumkan hasil rapat dewan kebijakan (FOMC), Kamis (18/3) dini hari WIB.

"Pertanyaan yang lebih besar bagi pelaku pasar adalah apakah The Fed akan memberi sinyal adanya kecenderungan untuk mulai menaikkan suku bunga pada 2023, lebih awal dari yang dikatakan sebelumnya, dalam sebuah langkah yang dapat memicu reli lebih lanjut dalam dollar," jelas Direktur PT.TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, kemarin.

Para pelaku pasar juga berekspektasi The Fed kemungkinan akan melanjutkan program pembelian obligasi AS di pasar primer dan sekunder untuk membantu pemulihan ekonomi AS dan menjaga tingkat suku bunga tetap rendah.

Namun kebijakan tersebut kemungkinan akan mendorong The Fed untuk membiarkan inflasi berada di atas target inflasi The Fed sebesar 2 persen dalam beberapa waktu yang lebih lama dan mendorong kenaikan imbal hasil (yield) obligasi AS.

Kurs rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu (17/3) sore, ditutup melemah 18 poin dari sehari sebelumnya menjadi 14.428 rupiah per dollar AS. "Indeks dollar menguat di hari Rabu jelang pengumuman kebijakan The Fed tengah malam nanti," kata Ibrahim.

Baca Juga: