Puluhan orang tampak asyik memegang alat pemukulnya masing-masing. Sebagian besar di depan gamelan saron, beberapa di antaranya masih anak-anak, satu asyik memukul gender, satu orang sudah fasih menabuhkan dua alat pukul dengan kedua tanganya ke 6 kenong, satu orang menabuh gong, dan seorang lagi memegang kendang sambil tak henti-henti meneriakkan intruksi.

Sebagian besar yang datang latihan menabuh gamelan di Pendopo Taman Siswa Jogja (Yogyakarta) pada Jumat (13/4) belum pernah memegang alat musik gamelan sebelumnya. Bahkan, nama-namanya saja tidak tahu. Namun semuanya tampak bersemangat.

"Iya, ini baru sekali, baru pertama kali memegang yang namanya saron ini, ternyata tidak sulit juga," kata Vita Sari, 40 tahun.

Saron adalah alat musik yang terdiri dari 14 lembar logam perunggu yang dipukul dengan alat bantu pukul. Benar kata Vita, memainkan Saron memang tak begitu sulit karena untuk komposisi yang dimainkan sore itu, ia tinggal memukul lembar logam sesuai nomor.

Mimik Suryaningrum, 49 tahun, jauh sebelumnya pernah berlatih gamelan, namun sudah sangat lama vakum. Ia datang bersama anaknya yang masih SD kelas 2 yang sejak kecil sudah sangat senang memainkan musik. Mimik juga membelikan anaknya musik mainan gamelan dan sudah sebulan ini ia ajak anaknya ikut latihan di Taman Siswa.

"Kalau untuk saya sebenarnya tujuannya mengenal lebih dalam biar bisa menikmati gamelan saja. Kalau anak saya tampaknya senang sekali main gamelan," katanya.

Latihan gamelan di Pendopo Taman Siswa diselenggarakan sepekan sekali setiap Jumat pukul 16.00-18.00 WIB. Latihan ini terbuka untuk umum dan tidak ada bayaran kecuali iuran sukarela yang dimasukkan dalam kotak uang. Sosialisasi latihan dilakukan melalui jejaring whatsapp group para alumni Taman Siswa.

"Saya lulusan Taman Siswa dari TK sampai mahasiswa, jadi ya kalau latihan seperti pulang kampung ketemu alumni lain juga," kata Mimik Suryaningrum.

Sementara Vita, warga pindahan dari Jakarta, mengetahui latihan gamelan diajak temannya di Jogja yang alumni Taman Siswa.

Agus Purwanto, 48 tahun, pengajar utama latihan gamelan Taman Siswa, berharap masyarakat bisa mencintai gamelan lagi, karena ini adalah budaya luhung yang manfaatnya sangat besar untuk hidup.

"Gamelan itu mengajarkan keselarasan hidup, jadi tidak grusa-grusu. Kita makin jauh dari gamelan, sementara orang londo suka sekali latihan atau mendengarnya," kata Agus yang merupakan pemain rebab profesional di Yayasan Among Beksa Kraton Yogya.YK/E-3

Baca Juga: