JAKARTA -Jenderal (Purn) Try Sutrisno dan Jenderal (Purn) Benny Moerdani, saat masih perwira muda berkawan karib. Tak disangka, karir keduanya melesat di TNI. Keduanya, sukses jadi jenderal hebat. Keduanya, sama-sama pernah menjadi Panglima TNI yang saat itu masih bernama ABRI.

Dari sisi usia, Benny lebih senior dari Try. Benny lahir pada 2 Oktober 1932 di Cepu, Blora, Jawa Tengah. Sementara Try lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 15 November 1935.

Sementara dari sisi cabang militer, meski sama-sama dari angkatan darat, keduanya berbeda korps. Benny berasal dari korps infanteri. Sementara Try dari korps zeni. Pun, dari sisi latar pendidikan. Keduanya juga beda jalur.

Benny merupakan alumni Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat (P3AD) dan Sekolah Pelatihan Infanteri (SPI). Sedangkan Try lulusan Akademi Teknik Angkatan Darat (Atekad). Keduanya, bersahabat sejak jadi perwira pertama.

Ketika mulai saling kenal, Benny sudah berpangkat letnan dua. Sementara Try kala itu, masih berstatus sersan taruna Atekad. Soal kedekatan Try dan Benny, ada sebuah cerita menarik yang dituturkan Salim Said dalam bukunya Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto.

Ketika itu, Try ditugaskan ke sebuah pulau kecil membangun lapangan terbang. Kala itu, Pemerintah tengah mempersiapkan operasi Trikora untuk merebut Irian dari tangan Belanda.

Di pulau kecil itulah, Try dan Benny kembali bertemu. Saat itu, Benny sudah masuk RPKAD (Kopassus) dan bersama pasukannya hendak bersiap masuk Irian. Try, sangat ingin bergabung bersama pasukan Benny.

Sayang, tak bisa. Setelah itu, Benny karirnya makin naik sepulang dari operasi di Irian. Tapi, karena ada permasalahan di RPKAD, Benny keluar dari baret merah, dan pindah ke Kostrad.

Oleh Ali Moertopo, perwira kepercayaan Soeharto, Benny ditarik ke intelijen. Sejak saat itulah, Benny berkecimpung di dunia intelijen. Hingga ia jadi jenderal berpengaruh di lembaga intelijen.

Sementara karir Try juga tak kalah mengkilap. Try sempat jadi ajudan Soeharto. Nah, menurut Salim Said, dalam bukunya, ketika Try selesai mengawal Soeharto, yang kala itu sudah jadi Presiden, Benny mengajak Try masuk ke intelijen.

Alasan Benny mengajak sahabatnya masuk intelijen, karena ia memperkirakan masa depan Try di TNI tak jelas. Sebab Try berasal dari Korps Zeni. Try menurut Benny, susah jadi Panglima TNI. Karena biasanya yang jadi panglima berasal dari perwira infanteri.

Ternyata, perkiraan Benny meleset. Karir Try justru melesat sampai puncak. Sukses menjadi Panglima ABRI. Menariknya, Try jadi Panglima ABRI menggantikan Benny, sahabatnya yang oleh Soeharto digeser jadi Menhan. Benny sendiri jadi Panglima ABRI dari tahun 1983 sampai 1988. Sementara Try jadi Panglima ABRI dari tahun 1988 sampai 1993. Bahkan setelah itu, Try bisa melampaui pencapaian sahabatnya. Try pernah jadi Wakil Presiden mendampingi Soeharto.

Try hingga sekarang masih hidup. Ia jadi satu-satunya jenderal senior TNI yang masih hidup. Sementara Benny sendiri meninggal pada tanggal 29 Agustus 2004.

Baca Juga: