JAKARTA- Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) mengungkapkan Indonesia sebagai destinasi investasi yang kompetitif bagi para investor luar negeri. Wakil Sekretaris Jenderal Hipmi, Anthony Leong mengatakan pentingnya kolaborasi antara negara-negara anggota ASEAN untuk memperkuat iklim investasi di kawasan, terutama di Indonesia.
"Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, bonus demografi yang signifikan, pasar konsumen yang besar, serta lingkungan ekonomi dan politik yang stabil. Ini semua menjadikan Indonesia sebagai destinasi investasi yang kompetitif," kata Anthony, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Data terbaru jelasnya menunjukkan realisasi investasi di Indonesia pada semester pertama tahun 2024 mencapai 829,9 triliun rupiah. Angka itu mencerminkan kepercayaan global terhadap potensi ekonomi Indonesia dan memberikan gambaran positif mengenai stabilitas dan daya tarik investasi.
Menanggapi pernyataan Hipmi itu, Ketua Bidang Organisasi DPP Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (ASMINDO), Endro Wardoyo, menekankan pentingnya kebijakan investasi yang lebih inklusif, khususnya untuk sektor industri berorientasi ekspor seperti mebel dan kerajinan.
Endro berpendapat bahwa keunggulan sumber daya alam dan stabilitas ekonomi-politik Indonesia harus diimbangi dengan dukungan nyata bagi industri yang berfokus pada ekspor. "Indonesia memang memiliki potensi besar sebagai tujuan investasi, seperti yang disampaikan oleh rekan-rekan dari Hipmi. Namun, kita juga harus memastikan bahwa sektor industri, terutama industri berorientasi ekspor seperti mebel dan kerajinan, mendapatkan perhatian yang cukup. Ini penting karena industri ini berperan besar dalam mendukung perekonomian nasional dan berkontribusi signifikan terhadap devisa," ujar Endro saat dihubungi, Minggu (29/9).
Industri yang memiliki keunggulan komparatif seperti industri mebel yang berbasis sumber daya alam seperti kayu dan rotan seharusnya jadi prioritas dalam kebijakan investasi.
Menurutnya, pengusaha mebel lokal memerlukan akses yang lebih luas terhadap investasi, terutama dalam hal modernisasi teknologi dan peningkatan daya saing di pasar global. "Sektor mebel kita saat ini menghadapi tantangan besar, baik dari sisi teknologi produksi maupun persaingan harga dengan negara lain seperti Vietnam dan Tiongkok. Jika pemerintah bisa menarik investasi asing ke sektor ini, misalnya untuk pengembangan teknologi ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas produksi, maka daya saing kita akan meningkat," jelasnya.
Dia juga menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah dan pelaku industri dalam menjaga pasokan bahan baku, yang sering kali menjadi masalah dalam industri mebel. Menurutnya, keberlanjutan pasokan bahan baku seperti kayu harus diatur dengan baik agar pengusaha lokal tidak kehilangan daya saing.
Sementara itu, Peneliti Ekonomi Celios, Nailul Huda mengatakan, jika Indonesia merupakan destinasi investasi yang potensial dan punya , memiliki aspek menarik investasi yang bagus, tidak mungkin Apple, Microsoft, hingga SpaceX mengurungkan niat untuk investasi di Indonesia.
"Yang terjadi adalah investor besar global tidak menanamkan investasinya di Indonesia. Mereka memilih negara ASEAN lainnya sebagai destinasi investasi mereka,"ungkap Huda.