Ukraina mendapatkan berbagai pasokan senjata dari beberapa negara di dunia salah satunya rudal antitank bernama Javelin. Adapun negara yang menyumbang senjata tersebut, seperti Amerika Serikat (AS), Inggris, hingga Uni Eropa.

Diketahui, rudal Javelin digunakan Rusia agar mampu menembus kulit baja tank untuk melawan Rusia. Ukraina telah menerima 300 rudal Javelin yang total beratnya mencapai 79 ton pada 26 Januari lalu.

"300 rudal Javelin, 79 ton bantuan keamanan untuk angkatan bersenjata ukraina. AS mendukung Ukraina, dan kami akan terus memberikan dukungan yang dibutuhkan," bunyi pernyataan Kedutaan Besar AS di Kiev, dikutip dari NY Post, Senin (14/3).

Rudal Javelin merupakan senjata yang diproduksi perusahaan patungan (JV) Raytheon dan Lockheed Martin Javelin. Senjata ini pertama kali dikembangkan pada 1989, di bawah naungan militer AS.

Pada tahun 1994, rudal Javelin mulai masuk masa produksi. Kemudian, rudal ini baru digunakan untuk pertama kali di Angkatan Darat AS, Fort Benning, Georgia pada 1996 silam.

Rudal ini merupakan senjata yang dikembangkan untuk menggantikan M47 Dragon milik AS. Pada pertengahan 1970 AS menggunakan rudal M47 Dragon untuk menyerang musuh dengan rudal yang ditembakkan dari bahu, dengan pemandu kawat.

Namun M47 Dragon tidak cukup untuk mengalahkan tank tempur yang dilapisi besi baja tebal. Sehingga AS mengembangkan peluru kendali antitank baru untuk menggantikannya.

Selain bisa diluncurkan dari bahu penembak, senjata ini juga bisa disematkan pada kendaraan lapis baja, atau diluncurkan menggunakan tripod.

Rudal ini merupakan senjata yang tergolong mahal mencapai US$80 ribu atau setara Rp1,1 miliar. Ini menjadi salah satu kendala negara-negara untuk memiliki rudal Javelin.

Baca Juga: