Bentrokan antara tentara dan kelom­pok pemberontak etnis Myanmar di perbatasan Tiongkok dilaporkan telah terjadi dalam sepekan terakhir. Pada bentrokan itu, kelompok pemberontak etnis mengklaim berhasil menewaskan sejum­lah tentara.

YANGON - Kelompok pemberontak etnis Myanmar mengklaim telah menewaskan sedikitnya 23 tentara pemerintah dalam bentrokan bersenjata selama beberapa hari di dekat perbatasan Tiongkok. Informasi itu diutarakan oleh pihak juru bicara kelompok pemberontak etnis Myanmar padaJumat (3/9).

"Bentrokan bersenjata pecah di Mongko, Negara Bagian Shan, pada 28 Agustus lalu ketika tentara mencoba merebut pangkalan milik Tentara Aliansi Demokratik Nasional Myanmar (Myanmar National Democratic Alliance Army/MNDAA)," kata juru bicara kelompok pemberontak dan laporan media lokal.

"Mereka (tentara Myanmar) datang untuk merebut markas kami. Mereka banyak yang terluka saat kami berjaga di puncak gunung dan mereka berada di bawah. Kami menembak saat mereka datang," kata juru bicara MNDAA yang enggan menyebut namanya.

Juru bicara itu lalu menerangkan bahwa lima belas tentara tewas dalam bentrokan pada 28 Agustus dan delapan tentara lagi tewas dalam bentrokan bersenjata terbaru pada 1 September. "Dari pihak kami hanya seorang pejuang MNDAA yang tewas," imbuh dia.

Myanmar berada dalam situasi kemelut sejak terjadi kudeta militer pada 1 Februari. Kudeta itu lalu memicu serangkaian aksi protes prodemokrasi besar-besaran di seluruh negeri, dan pihak penguasa militer menanggapi aksi-aksi itu dengan tindak kekerasan berdarah dan pertempuran baru di daerah perbatasan etnis.

Pada Senin (30/8) lalu, pihak junta militer mengkonfirmasikan bahwa seorang perwira dan sejumlah personel tentara telah tewas dalam pertempuran dengan MNDAA di Mongko pada 28 Agustus. Namun dalam bentrokan bersenjata pada 1 September, pihak militer belum memberikan tanggapannya.

Tiongkok Khawatir

Bentrokan antara tentara dan kelompok pemberontak etnis Myanmar telah membuat negara tetangganya yaitu Tiongkok, khawatir.

Saat ini diperkirakan Myanmar memiliki lebih dari 20 kelompok pemberontak etnis yang mayoritas berkuasa di wilayah-wilayah perbatasan negara itu.

Antara satu kelompok pemberontak dengan kelompok pemberontak lain tak pernah akur karena masing-masing memperjuangkan otonomi bagi mereka sendiri. Ketidakakuran semakin terlihat nyata saat masing-masing berupaya untuk mengendalikan produksi obat-obatan terlarang dan sumber daya alam.

Dalam tayangan video yang dipublikasikan bulan lalu, media milik pemerintah Tiongkok,CGTN, memperlihatkan bahwa pihak militer Myanmar sedang berupaya memerangi Tentara Kemerdekaan Kachin (Kachin Independence Army/KIA), sebuah kelompok pemberontak yang berkuasa di utara Negara Bagian Shan. Diperlihatkan pula upaya tentara Myanmar dalam melawan beberapa kelompok bersenjata etnis lainnya.

"Peluru nyasar dari bentrokan tersebut telah mencapai wilayah Tiongkok dan menyebabkan kerusakan pada beberapa bangunan dan memicu ketakutan pada penduduk setempat," laporCGTN.

Banyak dari kelompok pemberontak di utara Myanmar memiliki ikatan budaya yang erat dengan Tiongkok. Kelompok pemberontak ini pun berbicara dengan dialek Tionghoa dan menggunakan mata uang yuan wilayah kekuasaannya.

Bentrokan di dekat perbatasan Tiongkok pernah terjadi pada 2017. Dalam bentrokan yang berlangsung selama beberapa bulan antara tentara Myanmar dan pemberontak etnis di wilayah perbatasan Kokang, mengakibatkan puluhan jiwa melayang dan ribuan warga melarikan diri dari kediaman mereka dan kebanyakan mengungsi masuk ke wilayah Tiongkok. AFP/I-1

Baca Juga: