Sejumlah sentra produksi jagung di Tanah Air saat ini tidak bersinergi dengan sentra industri pakan ternak.
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong pelaku usaha jagung, peternak mandiri dan industri pakan ternak untuk mengakses jagung yang sedang panen di Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kalimantan Selatan.
Data Kementan menunjukkan, sentra produksi jagung dalam 20 tahun terakhir mulai bergeser ke luar Pulau Jawa, sedangkan pabrik pakan masih berpusat di Jawa. Ironisnya, sekitar 29,75 persen produksi jagung saat ini dihasilkan dari daerah provinsi yang tidak ada pabrik pakannya sehingga ditengarai sebagai pemicu terjadinya gangguan logistik.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Suwandi, menilai sistem logistik jagung harus dibenahi karena sentra-sentra produksi tidak bersinergi dengan sentra industri pakan ternak. "Sentra industri pakannya ada di sini, sementara yang panen kebanyakan di NTB, Sulawesi Tenggara dan di luar Jawa lainnya," terangnya dalam rapat nasional terkait Jagung, Sabtu (24/4).
Menurut Suwandi, hingga Juni 2021, produksi jagung melimpah karena tengah berlangsung masa panen. Luas panen jagung nasional bulan Januari 373.377 hektare (ha), Februari 623.103, Maret 697.264, April 284.295, Mei 286.682 ha dan Juni mencapai 324.333 ha sehingga produksinya mencapai 14,73 juta ton.
"Luas panen ini menunjukkan produksi jagung dalam negeri melimpah. Karena itu, ini saatnya pelaku usaha jagung dan industri pakan untuk segera menyerap jagung petani. Sebab dinamika harga jagung tidak terjadi di semua daerah, kita sudah petakan daerah-daerah sentra panen jagung," ujarnya.
Berdasarkan data sebaran panen jagung bulan April 2021, ada enam provinsi tertinggi luas panen yakni NTB seluas 67.056 ha, Sulsel 37.926 ha, Jatim, 29.186 ha, Lampung 24.781 ha, NTT 21.564 ha dan Jateng 20.326 ha. Sementara pada Mei mendatang, meliputi Jatim 91.045 ha, Jateng 56.949 ha, Lampung 33.365 ha, Sulsel 14.125 ha, Sumut 13.400 ha dan Sulut 12.598 ha.
Sentra Baru
Kepala Subdirektorat Mutu dan Standardisasi, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementan, Muhammad Gazali, menyatakan saat ini perlu dilakukan pengembangan sentra sentra jagung baru sebagai langkah nyata dalam menjaga efisiensi distribusi sekaligus harga jagung. Waktu produksi dan sentra produksi saat ini masih terpusat pada beberapa daerah, di antaranya Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung, Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, Gorontalo, serta Nusa Tenggara Barat.
Adapun puncak panen berada pada periode Februari-Maret. "Artinya di luar daripada sentra ini kita bisa asumsikan di waktu-waktu tertentu mungkin kesulitan terkait harga itu mungkin bisa terjadi," ucap Gazali.
Gazali menambahkan puncak panen terjadi pada periode Februari-Maret dengan produksi kurang lebih 30 persen dari total target produksi tahunan. Melihat hal tersebut, pengembangan sentra jagung baru dinilai menjadi satu-satunya cara agar ada manajamen stok dan distribusi yang lebih memadai. Pasalnya, kebutuhan jagung terus sepanjang tahun.
"Sentra- sentra baru ini kita buat untuk membuat pergeseran antarwilayah dan produksi tersebut. Sekarang kurang lebih 60 persen dari produksi jagung itu ada di Pulau Jawa selebihnya di luar Jawa," terangnya.
Gazali mengatakan dengan adanya pengembangan sentra jagung baru ini diharapkan dapat memotong rantai distribusi sehingga dapat menghemat waktu dan harga termasuk dalam produksi pakan ternak.