Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai kengototan dan penolakan Gubernur Anies Baswedan untuk penyelenggaraan Formula E, yang didukung oleh sikap mayoritas fraksi di DPRD DKI Jakarta, menunjukkan adanya sesuatu yang ditutup-tutupi.

"Saya mencurigai ada upaya untuk menutupi sesuatu, ada sesuatu yang tidak beres di Formula E. Sebenarnya hak interpelasi itu kan ringan karena cuma minta keterangan, kecuali kalau hak angket, karena memiliki kewenangan untuk melakukan penyelidikan. Ini interpelasi, kasih jawaban juga selesai," kata Trubus Rahadiansyah, Sabtu (11/9).

Trubus mengatakan Pemprov DKI seharusnya bisa menyampaikan rencana secara detail dalam interpelasi tersebut. Sehingga masyarakat yang belum mengetahui Formula E bisa turut mendukung ajang balap mobil listrik itu.

"Karena dalam Ingub Nomor 49 tahun 2021, dari 26 program prioritas Anies, salah satunya Formula E di 2021. Ini juga bisa dijadikan waktu tepat untuk menantang Jakpro (PT Jakarta Propertindo), apakah siap atau enggak menggelar Formula E? Waktunya kan enggak sampai setahun lagi," tuturnya.

Direktur Eksekutif Pusat Studi Perkotaan, Nirwono Joga, mengatakan penyelenggaraan Formula E tidak layak digelar tahun depan. "Karena tidak ada dalam RPJMD DKI 2017-2022 sehingga bukan penilaian kinerja Gubernur. Kalau batal tidak akan merugikan kinerjanya," ujar Nirwono.

Menurut Nirwono, anggaran akan lebih baik digunakan untuk pemulihan dan perlindungan masyarakat dari pandemi. "Jauh lebih baik lebih APBD DKI digunakan untuk pemulihan ekonomi DKI dan perlindungan masyarakat dari pandemi Covid-19," jelas Nirwono.

Dikatakan Nirwono, sebaiknya Gubernur DKI Jakarta lebih baik fokus pada penyelesaian pemenuhan janji kampanye maupun hal-hal yang sudah tercantum dalam RPJMD sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada warga DKI Jakarta.

"Seperti penanganan banjir yang belum maksimal (penataan bantaran sungai, revitalisasi situ, danau, embung, waduk, rehabilitasi saluran drainase, restorasi kawasan pesisir pantura Jakarta)," ucap Nirwono.

Sementara itu, Pakar Tata Kota Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, mengatakan jika Formula E digelar untuk menstimulasi ekonomi tergantung apakah event itu ada tidaknya kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik.

"Kedua masyarakat yang datang apakah dikenakan biaya nonton atau tidak. Artinya, impact (dampak) harus dapat mendorong sektor dari pariwisata," ujar Yayat.

Menurut Yayat, untuk pembiayaan dari kegiatan ini harus diimbangi dengan adanya income dari sponsor yang bisa untuk pembiayaan Formula E. Artinya dalam ini berapa kontribusi dari sponsor itu memberikan manfaat terhadap keuntungan dari pengelola.

Baca Juga: