JAKARTA - Pemerintah Kota Bekasi terus menggencarkan sosialisasi dan edukasi pencegahan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti. "Tidak bosan-bosan dan kembali saya tegaskan, jangan bilang peduli DBD jika belum jadi juru pemantau jentik di rumah sendiri," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati, di Bekasi, Sabtu (27/8).

Tanti memastikan pihaknya akan terus menyosialisasikan pencegahan demam berdarah kepada masyarakat baik melalui aplikasi percakapan grup seluler fasilitas kesehatan Puskesmas maupun rumah sakit hingga pembuatan video imbauan kepala daerah. Percepatan koordinasi dan pelaporan kasus juga menjadi fokus utama pencegahan penyakit tersebut, selain mengoptimalkan gerak kader jumantik dalam membantu penanggulangan DBD.

"Semua tidak akan berjalan optimal dalam penanggulangan DBD jika warga tidak mau peduli demam berdarah. Mari bersama-sama menjadi jumantik minimal di rumah sendiri serta lingkungan," ucapnya. Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat kasus demam berdarah selama Januari-Agustus mencapai 2.035. Bahkan 12 orang meninggal dunia.

Jumlah itu meningkat dibanding kasus serupa tahun 2020 yang mencapai 1.646 kasus dengan angka kematian satu orang. Tahun lalu jumlahnya 2.004 kasus, di mana 11 orang meninggal dunia.

Kecamatan Bekasi Utara menjadi wilayah paling banyak ditemukan kasus demam berdarah. Pada tahun ini sebanyak 448 kasus dan tiga orang meninggal dunia. Kemudian, disusul Bekasi Timur dengan 273 kasus.

Kecamatan Bekasi Barat memiliki 255 kasus dengan tiga orang meninggal dunia. Lalu Mustika Jaya 230 kasus dan satu meninggal. Bekasi Selatan 216 kasus dan satu meninggal. Tanti juga mencatat pada bulan Agustus ini terdapat 125 kasus demam berdarah dengan rincian 60 kasus dialami laki-laki dan 65 kasus perempuan. Dua kasus ditemukan pada anak usia kurang dari setahun.

Baca Juga: