Hingga kini, belum ada unicorn yang menyatakan akan melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia.

JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) terus mengajak empat unicorn atau perusahaan rintisan (start up) yang valuasinya mencapai lebih dari satu miliar dollar AS atau sekitar 14,2 triliun rupiah (kurs 14.200 rupiah per dollar AS) untuk melantai di bursa.

Keempat unicorn itu adalah PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (GO-JEK) dengan valuasi mencapai 9,5 miliar dollar AS, PT Tokopedia sebesar tujuh miliar dollar AS, PT Trinusa Travelindo (Traveloka) senilai 4,1 miliar dollar AS, dan PT Bukalapak.com senilai 1,2 miliar dollar AS.

"Unicorn sudah kami approach. Kami telah berdiskusi dan terus menghubungi mereka," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (20/3). Nyoman menuturkan, hingga kini belum ada unicorn yang menyatakan akan menjadi perusahaan tercatat di bursa atau melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO).

Kendati demikian, BEI sudah melakukan pertemuan dengan Tokopedia dan Bukalapak pada Februari 2016 lalu dan dengan GO-JEK pada awal Maret 2018 lalu. BEI juga telah mengubah Peraturan Nomor I-A tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa untuk mengakomodasi keempat unicorn tersebut dapat melakukan IPO.

Perubahan tersebut terkait perubahan penghitungan aset berwujud (tangible) menjadi tidak berwujud (intangible). "Peraturan sudah keluar I-A. Saat ini kami menunggu dari mereka, jadi mereka perlu dapat "approval" dari pemegang saham," kata Nyoman.

Nyoman menambahkan, pihaknya tidak akan mendesak empat unicorn tersebut untuk menjadi perusahaan terbuka atau go public, namun terus berusaha untuk mengakomodir dari sisi regulasi.

"Kami pada saat ini pada posisi setelah peraturan keluar, kami serahkan kepada mereka. Jadi jangan di-push, sehingga mereka bisa berpikir secara jernih menjadi perusahaan tercatat," ujar Nyoman.

14 Daftar IPO

Pada kesempatan itu, Nyoman mengungkapkan terdapat 14 perusahaan yang masuk dalam daftar (pipeline) unutk melakukan penawaran saham perdana. "Yang sudah di-pipeline ada 14 perusahaan yang sudah ke bursa," ujarnya.

Nyoman juga menuturkan, pihaknya telah bertemu dengan 37 penjamin emisi atau underwriter, namun enggan memberikan informasi secara detail. Dari total 14 perusahaan tersebut, ada lima perusahaan dari sektor properti, real estat dan konstruksi bangunan dan empat perusahaan dari sektor perdagangan dan investment.

Selanjutnya, sebanyak dua perusahaan dari sektor infrastruktur dan transportasi dan pada sektor industri dasar, consumer, dan keuangan masing-masing sebanyak satu perusahaan.

Pada tahun ini, BEI menargetkan sebanyak 75 perusahaan tercatat di BEI, atau lebih tinggi dibandingkan realisasi pada 2018 lalu sebanyak 57 perusahaan. "Kami berharap ada 75 pencatatan baru. Tentu itu tidak hanya saham, tetapi obligasi dan juga KIK-EBA," ujar Nyoman. BEI mengklaim, pencapaian 57 emiten baru tahun lalu merupakan pencapaian terbaik sejak privatisasi BEI dan merupaka yang terbaik di ASEAN.

Pada Rabu ini, PT Wahana Interfood Nusantara Tbk resmi mencatatkan sahamnya di BEI. Emiten dengan kode COCO itu merupakan perusahaan tercatat ketujuh yang tercatat di BEI pada 2019.

Ant/AR-2

Baca Juga: