Hidrogen menjadi penilaian sumber energi masa depan yang sangat bagus, dan kedepannya akan jadi elemen penting peralihan ke energi alternatif di Eropa. Pengelola pelabuhan di Rotterdam, mempunyai ide yang sama untuk menggunakan hidrogen. Sehingga mereka dapat merencanakan jaringan hidrogen bagi seluruh kompleks pelabuhan.
Tidak hanya itu saja, mereka bercita-cita membuat Rotterdam jadi pusat internasional. Tepatnya untuk produksi, impor, dan transportasi hidrogen ke berbagai negara Eropa lainnya. Akan tetapi apakah sumber energi hidrogen benar-benar "hijau"? Kebenarannya, hidrogen tidak memiliki warna. Tapi untuk bisa dibedakan satu dengan yang lainnya, hidrogen diberi warna dan nama berbeda, tergantung proses pembuatannya. Yaitu abu-abu, biru atau hijau.
Saat ini, sebagian besar hidrogen adalah abu-abu. Hidrogen tersebut dibuat dari bahan bakar fosil seperti gas bumi atau batu bara, yang sangat "kotor". Maksudnya, saat diproduksi, emisi CO2 yang terlepas sangat banyak. Warna energi selanjutnya dinamakan Hidrogen Biru, warnanya juga abu-abu. Ini juga diperoleh dari bahan bakar fosil. Tapi emisi CO2 yang terlepas disimpan di dalam wadah khusus. Dengan begitu, jejak CO2-nya sangat sedikit.
Hidrogen yang berasal dari air, disebut Hidrogen Hijau. Hanya inilah jenis hidrogen yang bisa disebut berkelanjutan. "Semua hidrogen sama, karena punya molekul H2. Tapi proses produksinya yang berbeda-beda yang jadi penentu, seberapa besar emisi gas rumah kaca dan tingkat kebersihannya." Demikian dijelaskan ahli ekonomi energi Alexander Esser yang dikutip dari Deutsche Welle.