JAKARTA - Saat ini, Jakarta menghadapi masalah serius terkait polusi udara yang menciptakan dampak nyata pada kehidupan sehari-hari masyarakat. Pada beberapa hari terakhir, angka PM2.5 di Jakarta melebihi ambang batas yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Polusi udara di Jakarta secara signifikan melampaui standar aman 25 mikrogram per meter kubik. Ini menunjukkan bahwa kualitas udara di kota ini jauh dari kondisi yang dianggap sehat, kataMedical Content Marketing Senior ManagerAlodokter dr. Abi Noya melalui keterangan tertulis Jumat (8/9).

Selain bisa terhirup ke dalam tubuh dan merusak paru-paru atau organ lainnya, polusi juga bisa berdampak pada kesehatan kulit. Hal ini karena kulit merupakan organ tubuh terluar yang berfungsi untuk melindungi bagian dalam tubuh dari benda asing, termasuk polusi.

Zat berbahaya yang dihasilkan polusi tersebut, seperti karbon monoksida, benzena, hidrogen klorida, ozon, dan logam berat, termasuk timbal dan merkuri, bisa merusak dan meningkatkan risiko terjadinya berbagai masalah pada kulit.

Ia mengatakan, paparan polusi pada kulit yang terlalu banyak atau sering dapat membuat kulit cepat rusak dan berisiko mengalami berbagai kondisi atau penyakit seperti, seperti iritasi kulit, jerawat, hiperpigmentasi, penuaan dini, dan kanker kulit.

Polusi udara dapat menyebabkan iritasi kulit ringan umumnya tidak berbahaya bagi kulit. Tetapi iritasi yang parah bisa mengganggu aktivitas sehari-hari karena biasanya kulit akan terasa gatal, tampak bersisik, kemerahan, dan bahkan terasa perih atau nyeri.

Dampak lainnya berupa jerawat. Riset menyebutkan bahwa paparan polusi berlebihan bisa menyebabkan kulit terlalu banyak menghasilkan sebum. Sebum adalah minyak alami kulit yang berfungsi untuk melembabkan kulit dan mencegah pertumbuhan bakteri di kulit.

"Ketika jumlah sebum meningkat, kulit wajah akan menjadi terlalu berminyak, sehingga mudah muncul komedo dan jerawat," terang dr Abi.

Pada kasus hiperpigmentasi terjadi karena polusi udara dapat merangsang produksi melanin, pigmen yang memberi warna pada kulit. Ini dapat menyebabkan hiperpigmentasi atau bintik-bintik gelap pada kulit, terutama pada area yang terpapar polusi secara langsung.

Partikel debu, polutan, dan zat kimia dari penuaan dini dapat merusak lapisan pelindung kulit dan memicu produksi radikal bebas. Hal dapat mengakibatkan kerusakan pada kolagen dan elastin, protein-protein penting yang menjaga kulit tetap kencang dan elastis. Akibatnya, kulit dapat mengalami penuaan dini, seperti keriput, garis halus, dan kulit kendur.

"Polusi pada kulit juga merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit. Udara yang tercemar mengandung banyak zat berbahaya, termasuk berbagai jenis racun yang memiliki sifat karsinogenik," lanjutnya.

Cara Mengatasi

Dampak dari polusi udara yang ekstrem ini tidak bisa diabaikan karena telah menciptakan tantangan nyata bagi kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Para ahli kesehatan menyarankan agar masyarakat Jakarta mulai mencoba melakukan beberapa perubahan dan penyesuaian dalam pola hidup karena situasi ini.

Seperti mengenakan masker pernapasan dan membatasi aktivitas di luar ruangan seperti olahraga, berjalan-jalan, dan bermain. Khususnya untuk kesehatan kulit, menurut dr Aby ada beberapa langkah pencegahan dampak buruk polusi udara yang dapat dilakukan.

Pertama membersihkan kulit dengan rutin dan tepat. Rutin membersihkan kotoran yang menumpuk di wajah ketika bangun dan sebelum tidur. Menggunakan sabun berbahan kimia lembut untuk kulit guna mencegah terjadinya iritasi dan alergi pada kulit serta eksfoliasi dapat dilakukan untuk memaksimalkan upaya menjaga kebersihan kulit. Gunakan juga toner dan pelembab untuk merawat kulit dan mencegah kulit kering.

Kedua disarankan untuk menggunakan tabir surya dengan SPF minimal 35 atau lebih ketika beraktivitas di bawah terik matahari, terutama pada pukul 10.00 - 15.00. Penggunaan tabir surya juga penting untuk mencegahsunburndan mengurangi risiko terjadinya kanker kulit.

"Ketiga meminum air untuk hidrasi. Masyarakat kami sarankan untuk mengonsumsi cukup air penting untuk menjaga kulit tetap terhidrasi dan membantu dalam proses detoksifikasi tubuh dari zat-zat berbahaya," katanya.

Konsumsi makanan bergizi dan kaya akan antioksidan. Asupan nutrisi yang sehat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan kulit dan melawan dampak buruk polusi, seperti buah dan sayuran. Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel-sel dari kerusakan akibat radikal bebas yang dihasilkan oleh polusi udara dan faktor lingkungan lainnya.

"Nutrisi yang kaya akan antioksidan meliputi vitamin C, vitamin E, beta-karoten (provitamin A), selenium, dan zinc. Makanan seperti buah-buahan segar, sayuran berdaun hijau, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak ikan (sumber omega-3) dapat membantu melindungi kulit dari kerusakan," pungkasnya.

Baca Juga: