JAKARTA - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendorong percepatan peningkatan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) untuk mendukung target pemerintah mencapai bebas emisi atau net zero emission pada 2060.

Perekayasa Ahli Utama BRIN, Unggul Priyanto, kepada Antara, di Jakarta, Jumat (26/11), mengatakan secara perlahan beberapa pembangkit listrik batu bara yang usianya sudah tua akan dipensiunkan dan diganti dengan pembangkit berbasis energi terbarukan.

Sumber energi baru terbarukan tersebut, antara lain panas bumi, hidro atau air, surya, angin dan biomassa.

Menurut Unggul, pemerintah seharusnya tidak lagi membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara. Yang sudah ada perjanjian kontraknya harus dibatalkan.

Strategi lain untuk mencapai net zero emission adalah sebagian kendaraan transportasi seperti motor dan mobil akan digantikan dengan kendaraan listrik secara bertahap, sedangkan yang ada terutama kendaraan berat, kapal, truk akan menggunakan bahan bakar nabati.

"Substitusi energi fosil oleh energi baru dan terbarukan dapat dilaksanakan secara realistis tentunya dengan mengutamakan sumber energi yang murah dan tingkat intermittent rendah atau faktor kapasitasnya tinggi," katanya.

Sifat intermittent akan memengaruhi keandalan listrik dari pembangkit listrik karena berkaitan dengan kestabilan pasokan energi.

Oleh karena itu, diperlukan pembangkit listrik dapat memasok kebutuhan energi secara stabil.

Unggul mengatakan jika suatu wilayah memiliki kebutuhan listrik tinggi dan di wilayah tersebut tidak ada sumber energi yang memenuhi, maka bisa menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) dengan baterai.

Sebab itu, perlu melihat dan memeriksa potensi sumber energi terbarukan yang ada di suatu daerah, baik kuantitas maupun jenisnya sehingga bisa dimanfaatkan dengan maksimal untuk mendukung pemenuhan kebutuhan listrik di wilayah tersebut.

Ramah Lingkungan

Secara terpisah, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif, dalam kunjungan kerjanya ke Sulawesi Utara, mengatakan tambahan pasokan listrik di wilayah tersebut akan dipenuhi dari pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih bersih dan ramah lingkungan.

Peningkatan pasokan listrik tersebut sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN periode 2021-2030, yang mengutamakan pembangkit listrik dengan sumber EBT.

"Ke depan, kita akan memanfaatkan sumber-sumber energi terbarukan yang banyak tersedia di Sulawesi Utara untuk memenuhi peningkatan kebutuhan pasokan listrik masyarakat, makanya kita akan persiapkan," kata Arifin.

Dalam kunjungan kerja selama dua hari, dia memastikan ketersediaan pasokan listrik bagi masyarakat di provinsi tersebut. Saat ini, katanya, pasokan listrik di Sulut dalam kondisi yang sangat aman.

"Setelah mendapat penjelasan dari Direksi PLN, dapat disimpulkan bahwa pasokan listrik untuk masyarakat Sulawesi Utara, sangat aman karena reserve margin yang tersedia sangat mencukupi yakni mencapai 41,79 persen," katanya.

Baca Juga: