JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA) berupaya melakukan pengurangan pangan yang hilang alias food loss dan pangan yang terbuang atau food waste yang terjadi di Indonesia. Upaya tersebut sebagai salah satu langkah antisipasi dalam menghadapi ancaman krisis pangan.

"Pengurangan food waste sesuai arahan Presiden Jokowi bahwa pemerintah harus bersiap menghadapi krisis pangan, krisis energi, dan krisis keuangan yang melanda dunia saat ini," kata Kepala NFA Arief Prasetyo Adi di Jakarta, Kamis (29/9).

Arief menjelaskan peta ketahanan dan kerentanan pangan pada 2021 menyebutkan sebanyak 74 kabupaten-kota di Indonesia mengalami rentan dan rawan pangan. Dia menjelaskan salah satu upaya mengentaskan daerah rentan dan rawan pangan dapat dilakukan sekaligus dengan mengatasi pangan yang hilang dan terbuang.

Berdasarkan data Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), jumlah pangan yang hilang dan terbuang di Indonesia selama 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton per tahun, atau setara dengan 115-184 kg per kapita per tahun. Secara nilai, jumlah pangan yang hilang dan terbuang di Indonesia pada periode tersebut mengakibatkan kerugian ekonomi sekitar 213-551 triliun rupiah per tahun.

"Potensi food loss and waste tersebut dapat disalurkan untuk memberi makan 61-125 juta orang, atau sekitar 29-47 persen populasi Indonesia," kata Arief.

Sisi Hulu

Arief mengatakan pengurangan pangan yang hilang dan terbuang harus dimulai sejak dari lahan pertanian oleh petani hingga pada meja makan oleh konsumen. Pangan yang hilang di pertanian terjadi pada proses pascapanen, penyimpanan, hingga pengiriman.

Arief menyebut proses panen oleh petani harus dilakukan seefisien mungkin seperti dengan penggunaan alat mesin pertanian seperti harvester untuk memaksimalkan hasil panen. Pada proses penyimpanan dan pengiriman juga harus sesuai dengan syarat penyimpanan suatu pangan agar tidak terjadi turun mutu.

Kepala Bapanas juga menyebutkan pangan yang terbuang kerap terjadi di pasar ritel, yaitu produk pangan kadaluarsa yang dibuang. Dan terakhir pangan yang terbuang terjadi di tingkat konsumen pada saat di meja makan.

Baca Juga: