YOGYAKARTA - Pemerintah Daerah DIY segera membentuk satuan tugas (Satgas) khusus untuk menekan angka kematian akibat Covid-19 pada pasien yang melakukan isolasi mandiri (isoman). Satgas ini akan memantau kondisi para pasien isoman, yang dipindahkan proses isolasinya ke shelter-shelter terpusat yang telah disiapkan.

Hal ini disampaikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Sabtu (24/7) malam dalam Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19 yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan. Sri Sultan mengikuti rakor secara daring dari Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.

"Untuk mengurangi yang meninggal saat isoman, kami sudah koordinasi dengan BNPB maupun dengan Bupati/Wali Kota. Jadi kesimpulannya, nanti akan dibentuk satgas yang akan menangani isolasi di shelter terpusat. Nanti pihak kabupaten/kota yang mendata nama dan alamat dari mereka yang isoman dan membantu kami melakukan tracing bagi seluruh isoman," papar Sri Sultan.

Sri Sultan mengungkapkan, saat ini ada tiga shelter terpadu yang akan menjadi wilayah kerja dari satgas khusus ini, yakni di Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak, Balai Diklat PUPR di Jalan Ngeksigondo, Yogyakarta, maupun asrama mahasiswa UNY. Total kapasitasnya ialah 506 orang. Pasien isoman akan dibagi menurut gejala yang dialami. Mereka yang bergejala sedang akan dibawa ke shelter terpusat, sedangkan yang bergejala berat akan dirujuk ke rumah sakit.

"Sehingga tinggal yang bergejala ringan saja yang boleh tetap isoman. Yang bergejala ringan ini juga akan tetap dipantau oleh kabupaten/kota dibantu oleh tenaga kesehatan yang nantinya dikoordinasikan dengan Puskesmas terdekat. Secara prinsip itu yang sudah kita sepakati, dan pendekatan ini yang dinilai memungkinkan untuk lebih mudah dan berhasil dijalankan," jelas Sri Sultan.

Menurut Sri Sultan, penanganan pasien Covid-19 di DIY selama ini sudah dilakukan sesuai standar dan sudah dilakukan pemberian terapi tambahan untuk kasus yang berat. Berdasarkan data yang dihimpun, dari total kasus kematian akibat Covid-19, yakni 2.780 orang, sebanyak 195 atau 7% kasus meninggal tidak diketahui tempatnya, lalu sebanyak 695 atau 25% kasus meninggal di rumah atau isoman, dan 1.890 atau 68% meninggal di rumah sakit.

"Penyebab tingginya kasus kematian akibat Covid-19 di DIY dikarenakan beberapa alasan. Pertama, karena pasien meninggal mempunyai komorbid dan sudah berusia lanjut. Kedua, karena tidak mendapatkan oksigen, ketiga pasien belum mendapatkan vaksinasi. Alasan lainnya, karena pasien mengalami gejala ringan yang berkembang menjadi berat tetapi tidak terpantau optimal karena isolasi mandiri," papar Sri Sultan.

Selain pembentukan satgas, upaya lain yang dilakukan Pemda DIY untuk menekan angka kematian akibat Covid-19 secara keseluruhan di antaranya, meningkatkan pengawasan pada pasien dengan gejala ringan. Apabila pasien sudah lansia atau mempunyai komorbid akan dirujuk untuk dirawat di rumah sakit. Selain itu, dilakukan pula upaya peningkatan akses layanan rujukan dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas pelayanan di rumah sakit rujukan Covid-19.

"Kami juga berupaya meningkatkan pasokan dan ketersediaan oksigen bagi rumah sakit rujukan, melakukan rekrutmen tenaga relawan, serta mengoptimalkan masyarakat untuk memanfaatkan shelter untuk isolasi. Kami memberikan edukasi kepada masyarakat untuk tidak isolasi di rumah. Shelter-shelter sudah tersedia tetapi baru dimanfaatkan sekitar 60%. Upaya terakhir, meningkatkan cakupan vaksinasi Covid-19 maupun distribusi obat-obatan," papar Sri Sultan.

Ditemui usai rakor, Sekretaris Daerah DIY, Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, kesimpulan dari banyaknya kasus pasien meninggal dunia saat menjalani isoman dikarenakan tidak dalam pengawasan tenaga kesehatan. "Isoman tanpa pengawasan ternyata cukup memprihatinkan. Oleh karena itu, tadi direkomendasikan agar para isoman bisa kita geser ke shelter, atau justru kalau memang saturasinya sudah cukup rendah, maka sebaiknya masuk rumah sakit yang ada," katanya.

Terkait BOR rumah sakit yang hampir penuh, Aji menjelaskan, pihak rumah sakit akan melakukan pergeseran pasien. Bagi mereka yang sudah mulai membaik, akan dipindahkan ke shelter, kemudian tempat yang kosong di rumah sakit akan diisi oleh para isoman yang punya gejala sedang sampai berat.

Baca Juga: