MELBOURNE - Menteri Luar Negeri Australia, Penny Wong mengatakan, bisnis-bisnis Australia berisiko kehilangan kesempatan menikmati ledakan ekonomi yang segera terjadi di Asia Tenggara (Asean), seraya mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap upaya untuk memacu lebih banyak investasi swasta di negara-negara tetangga dekat.
Penanaman modal asing langsung di Asia Tenggara lebih rendah pada tahun 2022, ketika Partai Buruh berkuasa, dibandingkan pada tahun 2014, ujar Wong dalam konferensi Australian Financial Review pada Selasa (3/9).
Dikutip dari The Straits Times, tidak ada satu pun negara Asia Tenggara yang masuk dalam 20 tujuan teratas Australia untuk investasi asing, data pemerintah menunjukkan.
Wong mengatakan ia melihat sedikit kemajuan dalam hubungan korporat antara Australia dan negara-negara tetangganya di utara, meskipun Asia Tenggara diperkirakan akan menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2040 dengan populasi yang terus bertambah.
Menteri luar negeri ini khawatir perusahaan-perusahaan Australia akan gagal memanfaatkan peluang tersebut.
"AS ada di sana, Tiongkok ada di sana, Kanada ada di sana, negara-negara lain ada di sana, dan mereka terus berkembang. Kita akan memiliki pangsa pasar yang semakin berkurang. Itu bukanlah resep untuk pengaruh geopolitik atau kemakmuran ekonomi," kata Wong.
Investasi Langsung
Skala dan pertumbuhan investasi langsung asing ke negara-negara Asean oleh Kanada dan Tiongkok telah jauh melampaui Australia, menurut Departemen Luar Negeri dan Perdagangan.
Saham investasi Tiongkok di Asia Tenggara hampir dua kali lipat antara tahun 2016 dan 2020, saham Kanada tumbuh hampir empat kali lipat, katanya.
Seruan Wong untuk memacu hubungan dengan kawasan sekitar muncul saat perlambatan di mitra dagang utama Tiongkok menyebabkan harga bijih besi, ekspor terbesar Australia, jatuh di bawah 100 dollar AS per ton.
Pada saat yang sama, peralihan global menuju energi bersih akan terus mengikis industri batu bara nasional. Australia telah bergerak untuk meningkatkan hubungan diplomatik dengan tetangga dekatnya sejak 2022, khususnya di Asia Tenggara dan Pasifik.
Untuk memacu hubungan ekonomi antara bisnis dan kawasan, Perdana Menteri Anthony Albanese mengumumkan paket senilai 95 juta dollar Australia untuk memfasilitasi investasi pada tahun 2023.
Mantan kepala eksekutif Macquarie Group Ltd. Nicholas Moore, yang ditugaskan untuk membuat rencana ekonomi Asia Tenggara untuk Australia, mengatakan kepada Bloomberg pada tahun 2023 bahwa kekhawatiran akan volatilitas di kawasan itu terlalu berlebihan.
Asia Tenggara "sangat penting bagi kemakmuran dan keamanan Australia," kata Moore dalam laporan akhirnya.