Pemerintah telah mengumumkan bahwa Indonesia mulai menguji klinis tahap ketiga untuk vaksin Covid-19. Adapun vaksin yang telah memasuki uji klinis tahap ketiga itu adalah vaksin korona Sinovac yang diimpor dari Tiongkok.

Di sisi lain, Indonesia juga tengah mengembangkan vaksin dalam negeri bernama vaksin Merah Putih. Dibanding vaksin Sinovac, vaksin Merah Putih belum memasuki uji klinis tahap tiga. Vaksin Merah Putih dalam pengembangannya dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman dan Biofarma.

Untuk mengupas perkembangan kedua vaksin tersebut, Koran Jakarta mewawancarai Ketua Eijkman, Amin Soebandrio. Berikut petikan wawancaranya.

Bisa dijelaskan perbedaan antara vaksin Sinovac dan vaksin Merah Putih?

Secara umum tentu ada perbedaannya. Vaksin Sinovac yang dikembangkan Sinovac itu menggunakan virus utuh. Secara proses juga lebih pendek, tapi berisiko sebab harus membiakkan virus dalam jumlah besar.

Setelah dibiakkan, dimatikan dengan bahan kimia atau cara apa pun. Adapun setelah dimurnikan, maka virus itu secara keseluruhan bisa dipakai untuk vaksin langsung.

Sementara untuk vaksin merah putih sendiri pengembangannya seperti apa?

Vaksin Merah Putih itu dikembangkan menggunakan subpartikel dari virus Covid-19. Jadi hanya bagian-bagian saja.

Sebagai contoh jika virus menempel pada manusia melalui spike atau duri-duri, nah itu protein spike-nya yang kita jadikan sebagai antigen.

Secara sederhana, vaksin tidak diambil langsung dari virus. Kita ambil informasi genetik saja. Itu yang kita jadikan antigen.

Mengapa secara waktu pengembangan vaksin Merah Putih lebih lama?

Jadi, prosesnya memang memerlukan waktu lebih lama dibanding vaksin Sinovac. Sebab kita menggunakan metode rekombinan agar meminamlisasi potensi reaksi yang diperlukan.

Meski lama, tapi ada kelebihan dari pengembangan vaksin dengan metode ini. Kalau kita pakai virus secara utuh berpotensi terjadi reaksi terhadap komponen-komponen virus lain. Itu diminisasi dan prosesnya butuh waktu lebih lama.

Upaya apa yang dilakukan untuk mempercepat pengembangan vaksin Merah Putih agar bisa diproduksi?

Berbagai upaya sudah dan terus kita usahakan. Tapi ada bagian-bagian yang harus dipahami bersama, seperti jika terjadi pertumbuhan dari virusnya kita tidak paksakan vaksinya cepat sebab ada proses kecepatan pertumbuhan yang harus kita ikuti.

Misal jika selnya harus tumbuh dalam waktu tiga hari, tapi kita sudah berhenti mengembangkan dalam dua hari, produk vaksin belum optimal dan ditakutkan berpengaruh buruk. Jadi pengembangannya mau tidak mau mengikuti kecepatan pertumbuhan makhluk-makhluk hidup yang kecil itu.

Selain dari proses lab, percepatan apa lagi yang dilakukan untuk vaksin Merah Putih?

Hal lainnya adalah administrasi. Itu sedang kita lakukan agar bisa dipersingkat prosedur-prosedur administrasinya. Jadi dalam kondisi normal uji klinik itu bisa makan waktu bertahun-tahun, mudah-mudahan kita bisa selesaikan dalam waktu satu tahun. muh aden ma'arup /P-4

Baca Juga: