Rangkasbitung - Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten menerapkan proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) pada 2024 untukjenjang sekolah menengah pertama (SMP ) secara manual.

"Pendaftaran manual masih menjadi harapan masyarakat dengan langsung mendatangi sekolah dibandingkan online," kata Kepala Bidang Pendidikan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten LebakIbnu Wahidin di Rangkasbitung, Lebak, Sabtu.

Pemerintah daerah tidak menerapkan PPDB 2024 secara daringkarena wilayah Kabupaten Lebak masih terjadi blank spot dan bermasalah jaringan internet,terlebih yang berada di pedalaman.

Selain itu,masih banyak masyarakat belum memahami pengoperasian aplikasi PPDB secara daring.

Oleh karena itu, katanya, PPDB 2024 dilakukan secara manual, di mana wargalangsung mendatangi sekolah.

"Kami meyakini dengan sistem PPDB manual dapat meningkatkan angka melanjutkan pendidikan di tingkat SMP, karena orang tua lebih praktis mendaftar anaknya langsung mendatangi sekolah," katanya.

Pihaknya juga membolehkan SMP yang sudah mandiri dandidukung dengan jaringan internet yang memadai untuk menyelenggarakan PPDBsecara daring.

Saat ini, ada beberapa sekolah di Rangkasbitung menerapkan PPDBdaring, seperti SMPN 1 Rangkasbitung, SMPN 2 Rangkasbitung, dan SMPN 4 Rangkasbitung.

Sekolah yang menerapkan pendaftaran secara daring, katanya, bersifat lokal dan boleh diterapkan sepanjang memenuhi peralatan jaringan internet.

Pendaftaran tingkat SMP di Kabupaten Lebak selama 11-19 Juni 2024 untuk jalur zonasi, sedangkan jalur prestasi 20-26 Juni 2024, jalur afirmasi dan perpindahan orang tua 27 Juni-3 Juli 2024, sedangkan pengumumanhasil PPDB 8 Juli 2024.

"Kami berharap pelaksanaan PPDB berjalan lancar dan semua siswa dapat melanjutkan pendidikan guna mempersiapkan kemajuan bangsa Indonesia," kata Ibnu.

Sejumlah orang tua di Sajira, Kabupaten Lebak mengaku senang mendaftarkan anaknya ke SMP secaramanual karena di wilayah itujaringan internet tidak memadai.

"Kami berharap anaknya dapat diterima di sekolah dan bisa melanjutkan pendidikan hingga akhir selama tiga tahun," kata Mulyadi (45), orang tua siswa yang juga warga Sajira.

Baca Juga: