Istilah pick me girl tengah meramaikan jagat media sosial. Kalian yang aktif berselancar di media sosial mungkin sudah tak asing lagi dengan istilah ini. Kata pick me girl ditujukan kepada para perempuan yang merasa dirinya dari karakteristik perempuan pada umumnya.

Pick me girl biasanya merasa dirinya eksklusif dan berusaha menggambarkan bahwa ia berbeda dari perempuan lain atau memiliki ciri khas yang jarang ditemukan pada kebanyakan perempuan.

Di media sosial sendiri gadis pick me girl identik dengan kalimat-kalimat seperti "Aku itu kalau nonton film gak suka film romance, tapi sukanya genre thriller gitu" atau "apa cuma aku yang gak bisa pakai make up? Emang perlu ya pakai make up?" dan lain sebagainya.

Mereka dengan sifat ini lebih merangkul aktivitas, minat, dan kebiasaan yang secara tradisional dinikmati oleh pria heteroseksual. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pilihan mereka, hanya saja pick me girl melakukan semua itu bukan karena ia benar-benar menyukainya tapi hanya untuk menarik perhatian kaum pria.

Baik secara sadar atau tidak sadar, pick me girl akan selalu menyesuaikan kepribadian mereka untuk menarik perhatian laki-laki.

Kata 'pick me' sendiri menggambarkan perilaku seseorang yang memohon perhatian serta penerimaan dari orang lain dengan cara-cara yang tidak sehat, termasuk membandingkan hingga merendahkan kepribadian wanita lain. Dalam hal ini, pick me girl selalu memusatkan pria dalam proses pengambilan keputusannya.

Fenomena pick me girl dapat terjadi karena adanya faktor internalized misogyny, atau ketika wanita secara tidak sadar memproyeksikan ide-ide seksis kepada wanita lain dan diri mereka sendiri.

Faktor ini tercermin dari keinginan pick me girl untuk menjauhkan dari dari segala stereotip perempuan maupun pria tradisional yang selama ini dianggap buruk dan negatif.

Dengan memisahkan diri dari stereotip perempuan yang memiliki nilai feminin, para pick me girl percaya mereka akan terlihat lebih superior dibandingkan perempuan lainnya.

Berbicara dengan Cosmopolitan, terapis seks dan hubungan Tiffany Jones, menuturkan sikap itu diambil internalized misogyny pada pick me girl dapat terwujud karena selalu melihat wanita lain sebagai saingan untuk memikat lawan jenis.

"Untuk menghindari perasaan penolakan di masa depan, mentalitas lahir di dalam diri gadis itu bahwa jika dia merendahkan konsep wanita biasa, kebanyakan pria akan memilihnya dari semua yang tersedia untuk dipilih," ujar Jones,

Sementara, terapis seks bersertifikat Shadeen Francis menuturkan pick me girl bisa lahir dari tekanan lingkungan patriarki yang secara khusus dirancang untuk melayani pria.

"Ini adalah lensa dunia yang memprioritaskan, memusatkan, dan membuat perspektif yang kaku dan stereotip di mana-mana bahwa kesenangan dan minat pria adalah yang terpenting, seringkali dengan mengorbankan kebutuhan, keinginan, atau bahkan kemanusiaan orang lain," kata Francis.

Meskipun dorongan untuk berperilaku seperti ini sering kali disebabkan oleh masalah harga diri rendah yang disebabkan secara sistematis oleh patriarki, Francis menyebut pick me girl dapat secara tidak sadar berkontribusi pada sistem ini alih-alih bekerja untuk membongkarnya.

Baca Juga: