JAKARTA - Umumnya di Asia Tenggara, pernikahan bukan hanya isu yang dialami pasangan, namun juga bagi orang tua dan masyarakat. Terutama ketika mereka diharapkan untuk menikah sebelum usia tertentu, memiliki karir yang menjanjikan serta finansial yang stabil, rumah, mobil, dan tabungan yang memadai.
"Hal ini mungkin sangat mungkin terjadi pada tahun 80an, tetapi justru generasi milenial dan Gen-Z berpikir sebaliknya," tulis Muzz melalui keterangan tertulis Selasa (20/8).
Tekanan sosial yang (sedikit) menghakimi membuat pernikahan menjadi semakin sulit, apalagi dalam segi mencari pasangan. Banyak perempuan di Asia Tenggara kini berambisi memiliki karir, berpendidikan tinggi, dan mandiri secara finansial.
"Memang hal ini nampaknya merupakan peningkatan kualitas hidup yang lebih baik, namun tidak demikian halnya ketika mencari suami," tulis Muzz.
Berdasarkan temuan dari riset internal dan berbagai acara yang pernah dilaksanakan, tim Muzz di Indonesia dan Malaysia memiliki ide untuk membantu mengubah persepsi ini ke arah yang lebih positif. Dengan latar belakang ini Muzz, meluncurkan kampanye regional pertama di Asia Tenggara dengan nama #MerdekaDari.
Kampanya yang dilakukan bertepatan dengan perayaan momen kemerdekaan Indonesia dan Malaysia di bulan Agustus ini (tanggal 17 untuk Indonesia, dan tanggal 31 untuk Malaysia) dilakukan dengan tujuan untuk menyorot muslim lajang yang disebut "tidak konvensional" di Indonesia dan Malaysia, yang sedang berjuang untuk menemukan cintanya.
"Tujuan dari kampanye ini adalah untuk membangun kesadaran akan isu-isu sosial yang biasanya diabaikan dan dianggap tabu. Muzz percaya adanya seorang pasangan untuk setiap insan, sebagaimana tertulis dalam Al-Quran Surah An-Naba 78:8: "Dan Kami menciptakan kamu berpasang-pasangan," tulis aplikasi yang berbasis di London ini.
Muzz mewawancarai enam orang lajang asal Indonesia dan Malaysia, di mana kisah mereka digambarkan melalui video dokumenter yang orisinil serta emosional. Video ini dirilis pada 17 Agustus 2024, bertepatan dengan HUT ke-79 Indonesia, serta menjadi sebuah pesan penting yang ingin Muzz sampaikan kepada seluruh Muslim lajang, baik di Asia Tenggara maupun di dunia.
Enam individu yang kisahnya ditampilkan dalam film dokumenter ini merupakan adalah Qila adal Malaysia. Ia seorang ibu tunggal berusia 36 tahun dari Kota Belud, Sabah yang baru saja bercerai dan mengalami ketakutan akan penghakiman masyarakat.
Reza masih dari Malaysia, adalah seorang ayah tunggal berusia 37 tahun dengan 2 putrinya yang berjuang melawan trauma akibat kegagalan hubungan di masa lalu. Lainnya adalah Suri yang menikah dan bercerai di usia yang masih sangat belia, dan ingin bisa membangkitkan rasa kepercayaannya kembali.
Individu asal Indonesia Rida, seorang ibu tunggal berusia 40 tahun yang ingin bebas mengambil keputusan sendiri untuk dirinya dan putranya.Wibi adalah seorang lajang berusia 36 tahun yang masih berjuang menemukan wanita idaman yang dapat menerimanya sebagai pencari nafkah tunggal bagi orang tuanya yang telah bercerai. Selanjutnya salahKristina yang berjuang untuk menemukan seseorang yang mau menerima dirinya apa adanya.
"Kampanye #MerdekaDari berlangsung selama 1 bulan hingga 16 September 2024, yang juga diperingati sebagai Hari Malaysia. Untuk menonton kisah mereka bisa melalui tautanhttps://youtu.be/VsKY_jAeV5I.