Gubernur Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina mengungkapkan, ekonomi negaranya tengah memasuki periode transformasi yang sulit. Ini seiring sanksi yang dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

Dilansir dari kantor berita Anadolu, Elvira mengatakan bahwa Rusia kehilangan akses ke separuh cadangan internasionalnya akibat sanksi tersebut.

"Sekarang, karena sanksi, Bank Rusia memiliki sekitar setengah dari cadangan internasional. (Kondisi) ini tidak memungkinkan untuk mengelola sepenuhnya situasi dengan mata uang di pasar domestik dan (kami) perlu mengendalikan mata uang. Ketika situasinya membaik, kami bermaksud untuk menyusun ulang kendali pergerakan mata uang," kata Nabiullina, dikutip dari Antara, Rabu (20/4).

Elvira menuturkan, tindakan lebih lanjut dari bank sentral akan sepadan dengan tingkat risikonya, dan hambatan pada kegiatan ekonomi di luar negeri akan berkurang saat situasinya stabil. Ia menekankan bahwa sanksi telah membuat ekonomi Rusia terpaksa dikonfigurasi ulang.

"Ekonomi kita sedang memasuki masa sulit untuk perubahan struktural terkait sanksi. Sanksi-sanksi itu mempengaruhi pasar keuangan. Kini mereka juga mulai memengaruhi sektor riil ekonomi," ucapnya.

"Masalah utama tidak akan terlalu terhubung dengan sanksi terhadap lembaga keuangan, tetapi pembatasan impor, logistik perdagangan luar negeri mungkin akan berpengaruh pada ekspor produk Rusia," tambahnya.

Perang Rusia di Ukraina telah menuai kecaman internasional. AS, Inggris, dan Uni Eropa memberlakukan sejumlah sanksi terhadap Rusia.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan lebih dari 2.072 warga sipil tewas dan 2.818 lainnya terluka di Ukraina sejak Rusia melancarkan invasinya pada 24 Februari lalu. Sementara, Badan Pengungsi PBB mencatat, lebih dari 4,93 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain dan lebih dari 7 juta warga lainnya mengungsi di dalam negeri.

Baca Juga: