JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve akan memberlakukan kebijakan moneter ketat (tapering off) pada sekitar November tahun ini. Sebab itu, kebijakan tersebut perlu diantisipasi dari awal.

Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, di Jakarta, Selasa (14/9), mengatakan tapering off yang akan dilakukan The Fed itu secara bertahap. "Kami antisipasi ke market, karena sudah mulai terlihat gejolak, khususnya di emerging market. Tekanan di mata uang emerging market tinggi, termasuk nilai tukar rupiah," jelas Destry.

Menurut dia, dampak tapering off pada saat ini, dampaknya tidak akan separah kondisi pada 2013 silam. Saat itu, sempat terjadi kondisi taper tantrum karena The Fed melakukan tapering off secara mendadak dan tidak ada komunikasi terlebih dahulu. Selain itu, kondisi fundamental ekonomi Indonesia tidak sekuat saat ini.

Indonesia, ungkap Destry, saat itu juga belum memiliki instrumen keuangan yang lengkap dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar rupiah saat taper tantrum terjadi.

Adapun di tahun ini, dia melihat komunikasi The Fed lebih jelas dan terbuka sehingga pasar global lebih siap sebelum tapering dilakukan.

Apalagi, kondisi fundamental ekonomi juga cukup baik. Cadangan devisa RI pun cukup kuat mencapai 144 miliar dollar AS pada akhir Agustus lalu. Jumlah itu cukup menjaga nilai tukar rupiah untuk tidak berfluktuasi terlalu dalam.

Untuk menghadapi ancaman tersebut, BI menyiapkan strategi triple intervention yaitu intervensi di pasar spot, pasar DNDF (Domestic Non Deliverable Forward), maupun BI siap membeli Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder untuk menjaga nilai tukar rupiah.

Dia juga meyakinkan para wakil rakyat tidak perlu terlalu khawatir. Pasalnya, jor-joran intervensi yang dilakukan oleh bank sentral ini terukur. Pun, bila ada gonjang-ganjing pasar berupa keluarnya asing dari pasar keuangan domestik, kondisi cepat berbalik. "Kondisi pasar cepat berbalik karena ada confidence pasar dari penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia," kata Destry.

Negara Rentan

Sebelumnya, perusahaan keuangan Jepang, Nomura, menyebutkan Indonesia akan menjadi salah satu negara berkembang yang akan terdampak parah jika Federal Reserve melakukan tapering off.

Dalam laporan perusahaan menyatakan, saat tapering off pada 2013 lalu, Nomura memasukkan Indonesia pada daftar lima negara berkembang yang paling rentan terdampak atau the fragile five, bersama Brasil, India, Turki, dan Afrika Selatan.

Sedangkan pada tahun ini, Indonesia masuk kategori 10 negara rentan atau the fragile 10, bersama Brasil, Turki, Afrika Selatan, Kolombia, Cile, Peru, Hungaria, Romania, dan Filipina jika tapering off dilakukan.

Baca Juga: