YANGON - Situasi krisis di Myanmar hingga Minggu (11/4) masih memanas. Media lokal melaporkan bahwa sebuah kantor cabang terbesar bank milik militer di Kota Mandalay telah jadi sasaran serangan bom.

"Seorang penjaga keamanan terluka akibat ledakan di Bank Myawaddy pada Minggu pagi," lapor media lokal. "Saat terjadi ledakan, terdapat kehadiran banyak anggota keamanan," imbuh laporan tersebut.

Bank merupakan salah satu bisnis yang dikendalikan oleh militer dan saat ini bank-bank milik militer sedang menghadapi tekanan untuk diboikot dan banyak nasabahnya meminta agar simpanan mereka ditarik.

Sementara itu lembaga pemantau lokal, Assistance Association for Political Prisoners (AAPP) pada akhir pekan melaporkan bahwa korban sipil yang tewas sejak terjadinya kudeta pada 1 Februari lalu saat ini telah melampaui angka 700 jiwa.

Peningkatan jumlah warga yang tewas terjadi setelah pada Sabtu (10/4) AAPP mendapatkan informasi bahwa pasukan keamanan telah menembaki demonstran di Kota Bago dan dari aksi brutal itu mengakibatkan 82 orang tewas.

Menyikapi terjadinya pertumpahan darah di Bago, kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Myanmar pada Sabtu menulis cuitan di media sosial bahwa banyaknya korban tewas karena tak adanya pertolongan medis terhadap demonstran yang luka.

Protes dan Perlawanan

Walau terus terjadi pertumpahan darah, aksi protes masih berlanjut pada Minggu pagi. Di Kota Mandalay dan Meiktila, jalanan dipenuhi oleh para mahasiswa dan dosen yang melakukan pawai protes.

Selain di dua kota itu, dilaporkan pula aksi protes terjadi di Kota Yangon dan Monywa. Sementara pada Sabtu malam, seluruh warga Myanmar diserukan untuk melakukan pawai protes sambil membawa obor, mengelilingi wilayah di sekitar tempat tinggal mereka.

Sementara itu di Tamu, sebuah kota perbatasan Myanmar dengan India, para pengunjuk rasa pada Sabtu melakukan perlawanan terhadap tentara yang mencoba menyingkirkan barikade yang dibuat untuk menghalangi gerak maju pasukan keamanan.

"Akibat perlawanan itu dua warga sipil tewas saat tentara melepaskan tembakan secara acak," lapor seorang warga lokal.

Serangan tembakan tentara membuat massa makin beringas dan melakukan balasan dengan melempar bom molotov dan membalikkan sebuah truk militer dan membunuh lebih dari selusin tentara.

Pada Sabtu dini hari juga dilaporkan telah terjadi serbuan ke sebuah kantor polisi di Negara Bagian Shan Utara oleh pasukan pemberontak etnik, Ta'ang National Liberation Army (TNLA).

Dalam serangan itu, media lokal melaporkan lebih dari selusin petugas polisi tewas dan junta militer telah melaksanakan aksi balasan dengan melakukan serangan udara terhadap pemberontak TNLA.

Terkait serangan ini, stasiun televisi milik pemerintah Myanmar pada Sabtu malam melaporkan telah terjadi serbuan dengan senjata berat dan pembakaran pada sebuah kantor polisi yang dilakukan oleh kelompok teroris bersenjata. AFP/I-1

Baca Juga: