WASHINGTON - Bank Dunia pada hari Senin (6/5), mengatakan mengubah cara produksi pangan di seluruh dunia dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan pada akhir dekade ini. Menurut laporan Bank Dunia, industri pangan pertanian bertanggung jawab atas hampir sepertiga emisi gas rumah kaca di seluruh dunia.
Dikutip dari Barron, dua pertiga dari emisi ini berasal dari negara-negara berpendapatan menengah yang menempati tujuh dari 10 peringkat teratas penghasil emisi gas rumah kaca di seluruh dunia, termasuk tiga peringkat teratas masing-masing bagi Tiongkok, Brasil, dan India.
"Untuk melindungi planet kita, kita perlu mengubah cara kita memproduksi dan mengonsumsi makanan," kata Direktur Pelaksana Senior Bank Dunia, Axel van Trotsenburg, sebelum laporan tersebut.
Laporan Bank Dunia mengatakan sektor pertanian pangan mempunyai peluang besar untuk mengurangi hampir sepertiga emisi global melalui tindakan yang terjangkau dan tersedia, dan mendesak negara-negara untuk menginvestasikan lebih banyak uang dalam mengatasi masalah ini.
Laporan tersebut mengatakan negara-negara berpendapatan menengah harus melakukan sejumlah perubahan, termasuk beralih ke praktik peternakan rendah emisi dan memanfaatkan lahan secara lebih berkelanjutan.
"Hanya mengubah cara negara-negara berpendapatan menengah menggunakan lahan, seperti hutan dan ekosistem, untuk produksi pangan dapat mengurangi sepertiga emisi pangan pertanian pada tahun 2030," kata van Trotsenburg dalam pernyataan lainnya.
Emisi Rendah
Menurut laporan Bank Dunia, untuk membantu peralihan ke metode yang menghasilkan emisi lebih rendah, negara-negara harus mempertimbangkan untuk memotong sebagian subsidi pertanian mereka yang boros.
"Negara-negara berpenghasilan tinggi seperti Amerika Serikat, penghasil emisi gas rumah kaca terbesar keempat di dunia, harus berbuat lebih banyak untuk memberikan bantuan teknis, serta mengalihkan subsidi dari sumber makanan yang menghasilkan emisi tinggi," kata laporan itu.
"Sedangkan negara-negara berpendapatan rendah harus berupaya menghindari pembangunan infrastruktur beremisi tinggi yang kini harus digantikan oleh negara-negara berpendapatan tinggi," tambahnya.