JAKARTA - Bank Dunia kembali merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 3,7 persen atau lebih rendah dibanding proyeksi mereka pada April lalu 4,4 persen. Revisi itu dilakukan setelah diberlakukannya kembali pembatasan pada triwulan II-2021 akibat merebaknya varian Delta Covid-19.

Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Aaditya Mattoo, dalam World Bank East Asia and Pacific Economic Update Briefing, di Jakarta, Selasa (28/9), mengatakan kemampuan pemerintah menjalankan strategi dengan cerdas menjadi kunci penting mengatasi penyebaran varian tersebut sehingga bisa terkendali dengan baik.

"Instrumen 3T (testing, tracing, dan treatment) bisa mengatasi varian Delta yang mudah menular," kata Mattoo.

Selain pengendalian penyebaran dengan instrumen 3T, pelaksanaan program vaksinasi, papar Mattoo, juga penting untuk memulihkan ekonomi tidak hanya bagi Indonesia, tetapi juga negara-negara lain di Kawasan Asia Timur dan Pasifik.

Menurut dia, banyak negara yang program vaksinasinya akan mencapai 60 persen dari populasi pada beberapa bulan ke depan, sedangkan untuk Indonesia dan Filipina diprediksi tercapai pada pertengahan tahun depan. "Indonesia dan Filipina mudah-mudahan akan bisa mencapai batasan ini pada pertengahan tahun depan," kata Mattoo.

Pencapaian tingkat vaksinasi, jelasnya, akan memberikan sinyal bahwa mobilitas siap dimulai kembali sehingga perekonomian mampu berjalan normal dan bangkit. Kendati demikian, upaya vaksinasi saja tidak cukup karena ada beberapa negara yang laju vaksinasinya cukup tinggi, namun ekonominya masih buruk.

Sebab itu, dia mengimbau pemerintah tetap menerapkan kebijakan testing, tracing, dan treatment sembari masyarakat menerapkan disiplin protokol kesehatan.

Dengan perkiraan laju vaksin yang makin meluas, Bank Dunia memprediksikan ekonomi Indonesia pada 2022 baru akan mencapai 5,2 persen, lalu pada 2023 di kisaran 5,1 persen. "Pertumbuhan itu bisa pulih sekitar 4,5 persen sampai 5 persen dalam beberapa tahun ke depan karena kebijakan ekonomi makro yang sangat suportif," kata Matto.

Selain vaksinasi, Matto mengatakan pertumbuhan juga akan dicapai melalui upaya lain, yaitu kebijakan ekonomi makro yang suportif, langkah reformasi, serta adanya undang-undang baru.

Tetap Waspada

Pakar ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Wibisono Hardjopranoto, yang diminta tanggapannya, mengatakan revisi proyeksi Bank Dunia cukup beralasan dan logis. Pertumbuhan pada tahun ini sangat bergantung pada pencapaian di triwulan III dan IV.

"Penentunya adalah triwulan III dan IV nanti, apakah kita tetap terdampak atau akan bebas dari krisis Covid-19. Ramalan Bank Dunia bisa berubah karena bisa terjadi perubahan dari asumsi yang digunakan. Kalau pandemi yang sekarang mereda terus cooling down maka kita bisa optimis. Tetapi, kita harus terus waspada karena virusnya bermutasi. Maka harus membiasakan diri dengan Covid-19, begitu juga pola menjalankan ekonomi harus berubah," kata Wibisono.

Baca Juga: