WASHINGTON - Bank Dunia memperingatkan peningkatan risiko atau yang disebutnya sebagai "langit semakin gelap" bagi perekonomian dunia.

Di dalam laporan bertajuk Prospek Ekonomi Global yang dirilis Rabu (9/1), Bank Dunia memprediksi pertumbuhan terus berlanjut meskipun agak lambat untuk tahun ini dan selanjutnya.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi global tahun 2019 sebesar 2,9 persen serta 2,8 persen pada tahun 2020. Tetapi dalam pandangan secara luas, Bank Dunia menekankan pada meningkatnya kekhawatiran yang bisa memengaruhi kinerja ekonomi.

Namun, ada juga kabar baik dalam laporan Bank Dunia itu. Saat ekonomi global melambat, kemungkinan besar itulah yang disebut oleh para ekonom sebagai soft landing. Perlambatan dimulai pada pertengahan tahun lalu dan sejauh ini berjalan teratur, atau tidak ada gejolak berarti.

Bank Dunia meramalkan perlambatan diprediksi bakal fokus pada negara-negara kaya, terutama Amerika Serikat (AS) meskipun akan terus berkembang lebih cepat daripada zona euro atau Jepang. Tertahannya ekonomi AS merupakan dampak mulai memudarnya kebijakan pengurangan pajak Presiden Donald Trump.

Di sisi lain, pertumbuhan pasar negara berkembang dan ekonomi emerging market bakal semakin meningkat ketika Tiongkok terus melambat, yang dimulai pada awal dekade ini. Pada tahun 2021, pertumbuhan Tiongkok diperkirakan mencapai 6 persen, yang masih cukup kuat, tetapi ini merupakan perubahan signifikan bagi perekonomian yang meningkat rata-rata 10 persen setiap tahunnya antara periode 1980 dan 2010.

Ekonom Bank Dunia dan penulis utama laporan Prospek Ekonomi Global, Franziska Ohnsorge, mengatakan di Tiongkok ada rekayasa kebijakan. "Artinya, perlambatan yang disengaja menuju pertumbuhan jangka panjang yang lebih stabil," paparnya.

Itulah yang menurut Bank Dunia, terkait kemungkinan kinerja ekonomi dunia selama beberapa tahun ke depan. Tetapi, ada risiko yang bisa berarti, semuanya bisa saja tidak berjalan dengan baik. Perdagangan internasional sudah melemah dan konflik perdagangan terutama antara AS dan Tiongkok menjadi salah satu risiko utama.

Dampak Perang Dagang

Perang dagang sangat berpengaruh, karena melibatkan dua ekonomi nasional terbesar di bumi ini. Bank Dunia telah menghitung bahwa 2,5 persen dari perdagangan global dipengaruhi oleh tarif baru perdagangan yang diberlakukan pemerintah AS dan Tiongkok.

Bahkan berpotensi menjadi dua kali lipat, jika tarif terus diimplementasikan. Risikonya tetap tinggi, dan bisa menekan aktivitas ekonomi di dua ekonomi raksasa itu. Namun, pertumbuhan lambat Tiongkok menjadi masalah bagi negara-negara berkembang yang mengekspor komoditas industri, energi, dan logam. Alasannya karena Tiongkok adalah pembeli besar produk-produk tersebut.

Franziska Ohnsorge mengatakan AS dan Tiongkok menyumbang 20 persen dari perdagangan global dan 40 persen dari PDB global. "Jika ekonomi mereka sama-sama terpukul bakal terasa di seluruh dunia," ujarnya.

Bank Dunia tidak mengharapkan resesi terjadi di dua ekonomi terebesar dunia itu, meski beberapa komentator memperkirakan AS menuju pelemahan dalam satu tahun depan. Tetapi jika itu terjadi, risiko resesi global akan meningkat tajam.AFP/BBC/SB/AR-2

Baca Juga: