Pop Hotel Banjarmasin mengajak jalan-jalan untuk menikmati beberapa tempat wisata terkenal di Banjarmasin.
Banjarmasin dikenal sebagai kota seribu sungai. Ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan ini dulunya memang merupakan wilayah delta yang dikelilingi oleh Sungai Barito, Sungai Kuin dan Sungai Martapura.
Banjarmasin dapat dengan mudah dan cepat dicapai melalui udara dengan bandara Internasional Syamsudin Noor. Dari hotel yang berlokasi di tengah kota ini, jalan-jalan dimulai dengan makan soto yang terkenal di sana yaitu Soto Banjar Bang Amat.
Lokasi Soto Banjar Bang Amat terletak di Jalan Benua Anyar RT 2 No. 56 Banjarmasin, tempatnya mengasikkan, berada di pinggir sungai Martapura dengan sturuktur bangunan khas, yakni rumah panggung yang bawahnya aliran sungai Martapura. Sambil menikmati Soto, pengunjung dihibur oleh alunan musik dengan irama Melayu.
Soto Banjar lebih banyak pakai lontong, campurannya sejenis soun, tauge, suwiran daging ayam dan telur yang sudah diiris kecil-kecil. Soto disajikan dengan mangkok jumbo, aromanya begitu menggoda, apalagi dengan perasan jeruk nipis dan sambal, jadi gurih dan nikmat. Perjalanan dilanjut dengan mengunjungi Museum Wasaka yang terkenal di Kalimatan Selatan.
Nama Wasaka adalah singkatan dari Waja Sampai Kaputing, kalimat ini merupakan moto perjuangan rakyat Kalimantan Selatan yang artinya perjuangan yang tiada henti hingga tetes darah penghabisan, pada masa melawan penjajah Belanda.
Bangunan bersejarah ini terletak di Gang H. Andir, Kampung Kenanga Ulu, Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Berada ditepi sungai Martapura dan berdampingan dengan Jembatan 7 Mei (Jembatan Benua Anyar).
Museum ini dulunya adalah sebuah rumah tinggal dan kemudian dialih fungsi menjadi Museum yang sekarang dikenal dengan Museum Wasaka. Museum ini memiliki bentuk atap yang tinggi dimana masyarakat Kalimantan Selatan menyebutnya dengan Bubungan. Rumah Adat Banjar yang menjadi ciri khas di Kalimantan Selatan sama dengan bangunan museum ini. Tepatnya pada tanggal 10 November 1991 Museum ini diresmikan.
Di dalamnya tersimpan koleksi senjata-senjata modern hingga tradisional rakyat Banjar. Ada sekitar 400 benda-benda bersejarah selama perang Kemerdekaan. Sebut saja senapan angin yang badannya dari kayu.
Kemudian ada juga pakaian barajah yang bertulisan mantra-mantra tertentu agar kebal dari serangan musuh. Kain Sasirangan Usai melihat pakaian barajah di museum, maka saatnya untuk melihat kain khas Banjar yang sangat terkenal yaitu Kain Sasirangan.
Kain ini dikenal di kalangan orang Banjarmasin dan orang Kalimantan, kain ini asli hasil karya masyarakat lokal. Secara kasat mata kain ini terlihat mirip dengan batik di Jawa.
Namun Sasirangan berbeda, Sasirangan dibuat lewat beberapa proses. Pembuatan kain ini cukup rumit, dari mulai melukisnya terus menjelujur, mencelup hingga menjemur. Kain tradisional ini punya beragam motif.
Sebut saja Sari Gading, Iris Pundak, Jajumputan, Kulat Karikit dan sebagainya. Sasirangan merupakan kain adat suku Banjar yang diwariskan secara turun-temurun. Kain Sasirangan dipercaya mampu mengobati penyakit atau batamba.
Suku Banjar juga meyakini bahwa kain Sasirangan memiliki kemampuan magis untuk mengusir kekuatan roh jahat dan melindungi penggunanya dari gangguan makhluk astral.
Karena kemampuannya yang tak biasa, di masa lampau kain Sasirangan hanya bisa dibuat sesuai permintaan saja. Karena setiap warna yang digunakan memiliki arti tersendiri, sehingga tujuan pengobatannya dapat tercapai.
Karena hal ini pula, Sasirangan lebih dikenal sebagai kain pamintaan. Pemberian warnanya pun tidak sembarangan karena harus disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya warna kuning untuk menyembuhkan penyakit kuning, warna merah untuk mengobati sakit kepala atau insomnia, hijau untuk sakit lumpuh atau stroke. Kemudian hitam untuk demam dan kulit gatal-gatal, ungu berguna untuk menyembuhkan sakit perut, serta coklat untuk menyembuhkan penyakit kejiwaan atau stres. Motifnya bermacam-macam dengan harga bervariasi, sesuai dengan bahannya.
Lontong Orari
Bila perut lapar dan kudapan yang tepat adalah Lontong Orari. Mendengar namanya, tidak ada kesan istimewa. Tapi melihat kenyataannya ternyata kuliner yang satu ini begitu terkenal di sana. Lontong Orari ini tidak ada bedanya dengan lontong yang dijual pada umumnya, di jawa orang lebih mengenal lontong sayur. Tapi Lontong Orari menjadi terkenal lantaran memiliki cita rasa tersendiri.
Bentuknya segitiga, dalam satu piring isinya dua lontong, melihatnya sudah kenyang duluan. Tapi begitu disantap terasa empuk dan nikmat. Kuah santannya dengan bumbunya yang khas. Adapun nama Lontong Orari, menurut sang pemilik, tempat ini dulunya adalah langganan dari komunitas breaker yang tergabung dalam ORARI pada era delapan puluhan, biasanya orang-orang orari selalu pesan lontong sekaligus nongkrong di tempat ini.
Oleh pemilik sekalian dijadikan brand hingga kini. Rumah makan Lontong orari terletak di Jalan Seberang Mesjid di dekat Pasar Lama, tepatnya di Jalan Simpang Sungai Mesa (Kabel) nomor 12 RT 18, Kelurahan Seberang Masjid, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin. Tempatnya berada di jalan yang sempit, jika dalam kondisi ramai, agak susah mencari parkir mobil.
Pasar Apung
Sepertinya tujuan utama jalanjalan ke Banjarmasin ini adalah untuk menikmati sensasi belanja di Pasar Apung yang mendunia. Hanya untuk ke sini memang harus hari berikutnya atau pagi buta.
Ternyata di Banjarmasin ada beberapa pasar terapung. Yang legendaris dan populer adalah pasar terapung Lok Baintan di Sungai Martapura. Pasar terapung Lok Baintan ini hanya beroperasi sekitar pukul 06.00 hingga 08.00 WITA.
Jadi kalau mau belanja ke sana pengunjung harus bangun subuh. Sekitar pukul 05.30 WITA, biasanya rombongan sudah menuju ke Soto Banjar Bang Amat, karena kapal klotok sewaan berangkat dari tempat tersebut.
Satu kapal klotok bisa muat hingga 20 orang. Di antara kegelapan pagi, para pemilik kapal sudah mempersiapkan perahunya untuk mengangkut wisatawan. Sejak subuh mulai banyak wisatawan berdatangan untuk naik kapal menuju pasar.
Kapal klotok perlahan menuju Lok Baintan membelah sungai Martapura. Perjalanan memakan waktu sekitar 40 menit. Saat mentari mulai bersinar, terlihatlah situasi pinggir sungai yang luas itu.
Masyarakat yang hidup di tepian sungai memang sangat bergantung dari apa yang diberikan oleh sungai itu. Ada yang memancing ikan, masak, mandi dan kegiatan lainnya. Begitu kapal klotok tiba di pasar terapung Lok Baintan, para pedagang yang menggunakan perahu dayung segera merapat.
Puluhan perahu didayung perlahan oleh pedagang yang menjajakan sayuran, buah, kue tradisional, mainan hingga topi purun khas Banjar. Wisatawan yang berminat segera melakukan tawar menawar.
Perahu pedagang yang banyak semakin merapat, hal inilah yang mampu menampilkan pemandangan unik dan menawan. Pengunjung yang ingin menjajal naik perahu bareng dengan pedagang pun bisa.
Sejumlah perahu memang hanya diduduki sendiri oleh pedagang, jadi masih memiliki area kosong di ujung kapal untuk pengunjung. Tentunya dengan member sejumlah tip pada pemilik perahu.
Bahkan dengan piawai, pedagang bisa mendayung perahu ke arah spot yang keren untuk pengambilan gambar. Tidak mengherankan bila pasar apung ini selalu menjadi buruan para fotografer. ars/R-2