YAOUNDE - Korban tewas akibat runtuhnya bangunan di pusat bisnis Kamerun, Douala, bertambah menjadi 37 orang pada Senin (24/7). Para tetangga khawatir lebih banyak mayat di bawah reruntuhan mengingat struktur bangunan itu.

Flat berlantai empat itu runtuh menimpa bangunan hunian lain di utara kota pada Sabtu (22/7) malam.

Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi terburuk dalam sejarah negara itu. Sebanyak 37 orang tewas dan 21 luka-luka, lima orang dalam kondisi kritis, kata seorang petugas pemadam kebakaran senior dan gubernur daerah kepada AFP pada Senin. Ia memperingatkan jumlah korban bisa bertambah.

Menteri Pembangunan Perkotaan Kamerun Celestine Ketcha-Courtes yang mengunjungi lokasi tragedi pada Senin, mengatakan kepada wartawan bahwa bangunan naas itu "tidak memiliki izin perencanaan".

Tim penyelamat masih berusaha membersihkan puing-puing dengan alat penggali setelah mencari korban selamat sepanjang Minggu dan Senin, kata seorang warga kepada AFP.

Rumah sakit Laquintinie Douala pada Minggu telah menerima 13 pasien, dua di antaranya seorang gadis berusia tiga tahun dan seorang wanita berusia 19, telah meninggal.

"Jumlah korban masih bisa bertambah," kata ilmuwan komputer Prosper Tchinda, yang merupakan salah satu dari orang pertama yang berada di tempat kejadian pada hari Minggu.

"Ada satu orang yang selamat yang keluar hanya dengan luka goresan dan kami menemukan seorang bayi selamat dan sehat," katanya kepada AFP melalui telepon.

Pria berusia 42 tahun itu tinggal beberapa menit berjalan kaki dari blok bangunan tersebut dan mengatakan telah terjadi "semacam acara musik yang sedang berlangsung ketika itu terjadi".

Nathalie, yang juga tinggal di daerah itu tetapi tidak mau menyebutkan nama lengkapnya, mengatakan bangunan itu "gagal" dan dalam kondisi buruk.

"Ada retakan di dinding dan kami merasa itu bisa runtuh kapan saja," katanya.

"Itu bukan tempat yang ingin kamu tinggali."

Natalie mengatakan dia pergi ke lokasi segera setelah mendengar "suara keras", dan memastikan bahwa sebuah pesta sedang berlangsung.

Tchinda mengatakan dia "sangat khawatir".

"Ada begitu banyak bangunan yang tidak memenuhi standar. Masing-masing dibangun tanpa pemeriksaan.

Lima orang tewas dalam keadaan serupa di Douala pada 2016. Pihak berwenang menyalahkan buruknya perbaikan dan pelanggaran peraturan bangunan.

Pada Juni tahun itu, otoritas lokal mengidentifikasi 500 bangunan yang terancam runtuh.

Baca Juga: