Swasembada energi harus diupayakan melalui pemanfaatan sumber daya energi terbarukan yang dimiliki Indonesia secara cepat.

JAKARTA - Pemerintahan baru harus bisa mengamankan pasokan energi untuk jangka panjang di tengah tekanan geopolitik yang tak jelas ujungnya. Konsep swasembada energi harus serius diimplementasikan dengan memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT).

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan swasembada energi merupakan salah satu Asta Cita Prabowo-Gibran. Ini cita-cita yang sudah disampaikan oleh para kandidat presiden sebelumnya.

"Menurut saya, ini tujuan yang mulia dan sebagai negara ekonomi besar dengan populasi besar, serta kondisi geopolitik dunia yang semakin tidak stabil. Indonesia harus dapat mengamankan pasokan energi jangka pendek dan panjang," ucap Fabby kepada Koran Jakarta, Senin (21/10).

Dirinya menilai ketika pemimpin kita bicara mengenai swasembada energi lazimnya mengacu pada ketergantungan dan beban akibat impor minyak mentah dan BBM. Karena itu, strateginya pada pengembangan bahan bakar substitusi bahan bakar minyak (BBM) sehingga yang muncul adalah solusi bahan bakar nabati (BBN).

Karena itu, dia menyarankan agar konsep swasembada energi perlu diperluas atau diintegrasikan dengan dua hal pertama, cadangan energi fossil di dalam negeri sudah semakin berkurang dan akan habis dalam 5-15 tahun ke depan.

Minyak akan habis lebih dulu sekitar pada 2030, cadangan gas alam yang bisa diekstraksi secara ekonomis juga akan habis pada 2040-2045. Batu bara kalori tinggi dan menengah akan habis pada 2035-2040, walaupun cadangan batu bara kalori rendah masih banyak, tetapi belum tentu bisa diekstraksi dengan biaya murah. Kedua, batasan pemanfaatan energi fosil karena persoalan pemanasan global dan perubahan iklim.

Dengan dua faktor ini maka swasembada energi harus diupayakan melalui pemanfaatan sumber daya energi terbarukan yang dimiliki Indonesia secara cepat. Selain itu, pemerintah perlu mempercepat elektrifikasi kendaraan dan industri untuk menurunkan konsumsi BBM dan mengoptimalkan EBT sektor kelistrikan.

Akademisi Fakultas Pertanian, Universitas Warmadewa, I Nengah Muliarta, mengatakan Indonesia memiliki banyak sumber EBT, bahkan banyak buah yang berakhir menjadi limbah. Sementara di sisi lain, kebutuhan akan energi terbarukan semakin mendesak. "Mengolah buah sisa lungsuran menjadi bioetanol adalah inovasi yang tidak hanya memberikan solusi terhadap masalah limbah, tetapi juga menciptakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan," ucapnya.

Pentingnya Kolaborasi

Prabowo Subianto dalam pidatonya saat pelantikannya sebagai Presiden, Minggu (20/10), menegaskan pentingnya bekerja sama serta berkolaborasi bersama untuk mewujudkan swasembada energi. Hal ini menjadi penting untuk diwujudkan segera karena negara lain tidak akan menjual begitu saja sumber energi dalam keadaan kritis atau genting.

"Jika dalam keadaan kritis dan genting tidak akan ada negara lain yang menjual barang mereka untuk kita beli," kata Prabowo usai dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029 di Gedung Nusantara, Kompleks Parlemen, Jakarta, Minggu (20/10).

Dia menegaskan swasembada energi bukan menjadi hal mustahil untuk diwujudkan.

Baca Juga: