DHAKA - Rakyat Bangladesh mulai memberikan suara pada hari Minggu (7/1) dalam pemilu yang dijamin akan memberikan masa jabatan kelima kepada Perdana Menteri Sheikh Hasina, setelah boikot yang dipimpin oleh partai oposisi yang dicapnya sebagai "organisasi teroris".

Hasina telah memimpin pertumbuhan ekonomi yang luar biasa di negara yang pernah dilanda kemiskinan parah. Namun pemerintahannya dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela dan tindakan keras terhadap oposisi.

Partainya hampir tidak menghadapi saingan yang efektif dalam perolehan kursi yang mereka perebutkan, namun menghindari mengajukan calon di beberapa kursi, sebuah upaya nyata untuk menghindari badan legislatif dicap sebagai lembaga satu partai.

Partai Nasionalis Bangladesh, yang barisannya telah hancur akibat penangkapan massal, memimpin pemogokan umum pada akhir pekan untuk mendesak rakyat Bangladesh agar tidak berpartisipasi dalam pemilu "palsu".

Namun Hasina (76) mendesak rakyat untuk memberikan suara mereka dan menunjukkan kepercayaan mereka pada proses demokrasi.

"BNP adalah organisasi teroris," katanya kepada wartawan setelah memberikan suaranya di Dhaka City College bersama saudara perempuan dan putrinya.

"Saya berusaha sebaik mungkin untuk memastikan demokrasi terus berlanjut di negara ini," tambahnya.

Tanda-tanda awal menunjukkan jumlah pemilih yang berpartisipasi akan rendah, meskipun terdapat banyak laporan mengenai insentif untuk memperkuat legitimasi pemilu.

Hanya tiga orang yang memberikan suara pada 30 menit pertama pemungutan suara di salah satu TPS di ibu kota Dhaka, menurut laporan wartawan AFP.

Beberapa pemilih sebelumnya mengatakan mereka diancam kartu tunjangan pemerintah akan disita - kartu untuk mengakses pembayaran kesejahteraan - jika mereka menolak memberikan suara untuk Liga Awami yang berkuasa.

"Mereka mengatakan akan menyita uang itu dari saya jika saya tidak memilih," kata Lal Mia (64), kepada AFP di distrik tengah Faridpur.

"Mereka mengatakan karena pemerintah memberi kami makan, kami harus memilih mereka."

BNP dan partai-partai lain melancarkan protes selama berbulan-bulan pada tahun lalu, menuntut Hasina mundur sebelum pemungutan suara.

Sekitar 25.000 kader oposisi termasuk seluruh pimpinan lokal BNP ditangkap dalam tindakan keras yang terjadi, kata partai tersebut.Pemerintah menyebutkan angkanya 11.000.

Protes terus berlanjut pada hari-hari menjelang pemilu, termasuk ratusan pendukung oposisi yang melakukan demonstrasi di pusat kota Dhaka pada hari Jumat - serupa dengan demonstrasi tahun lalu.

Komisi pemilu mengatakan sekitar 175.000 petugas polisi dan lebih dari 515.000 anggota pasukan cadangan Ansar telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban selama pemungutan suara.

Pemungutan suara akan tetap dibuka hingga pukul 17.00 (12.00 GMT) dengan hasil diperkirakan setelah tengah malam.

Pemilu Palsu

Politik di negara dengan populasi terbesar kedelapan di dunia ini telah lama didominasi oleh persaingan antara Hasina, putri pemimpin pendiri negara tersebut, dan perdana menteri dua kali Khaleda Zia, istri mantan penguasa militer.

Hasina (76) telah menjadi pemenang yang menentukan sejak kembali berkuasa pada 2009.

Zia (78) dihukum karena korupsi pada 2018 dan sekarang berada dalam kondisi kesehatan yang buruk di sebuah rumah sakit di ibu kota Dhaka. Putranya Tarique Rahman yang memimpin BNP menggantikan dia dari pengasingan di London.

Rahman mengatakan kepada AFP, partainya, bersama dengan puluhan partai lainnya, telah menolak untuk berpartisipasi dalam "pemilu palsu".

Baca Juga: