Bandara Miyazaki di Jepang dibuka kembali setelah bom Perang Dunia II AS meledak kurang dari satu menit setelah sebuah jet penumpang meluncur.
TOKYO - Penerbangan dibuka kembali di bandara regional Jepang pada hari Kamis (3/10) setelah bom Perang Dunia II AS meledak kurang dari satu menit setelah sebuah jet penumpang meluncur lewat.
Bandara Miyazaki di Jepang selatan didirikan pada tahun 1943 sebagai pangkalan angkatan laut kekaisaran Jepang, yang mengirim puluhan pesawat "kamikaze" dalam misi bunuh diri pada Perang Dunia II.
Rekaman yang diperoleh AFP menunjukkan gumpalan tanah menyembur setinggi sedikitnya 10 meter (30 kaki) ke udara di tepi landasan pacu di bandara di Pulau Kyushu.
Ledakan yang membuat lubang di landasan pacu selebar beberapa meter, terjadi kurang dari satu menit setelah sebuah pesawat meluncur menuju landasan pacu, sebagaimana ditunjukkan dalam rekaman.
Tidak ada laporan korban luka tetapi puluhan penerbangan dibatalkan pada hari Rabu, yang berdampak pada lebih dari 3.400 penumpang.
Tim penjinak bom Pasukan Bela Diri melakukan penyelidikan dan menyimpulkan bahwa itu adalah "bom seberat 250 kilogram (550 pon) buatan AS," kata seorang juru bicara SDF kepada AFP.
Senjata AS lain yang tidak meledak yang dijatuhkan dilaporkan ditemukan pada tahun 2021 dan 2011 di bandara, serta di lokasi konstruksi terdekat pada tahun 2009.
Sebelum pengeboman nuklir Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945, angkatan udara AS membombardir puluhan kota di Jepang.
Ratusan ribu warga terbunuh, termasuk sekitar 100.000 orang di Tokyo pada suatu malam di bulan Maret 1945 saja.
Pada bulan April 2024, militer telah berhasil mengeluarkan 2.348 alat peledak yang tidak meledak, 441 di antaranya di wilayah selatan Okinawa, menurut SDF.
Okinawa merupakan daerah konflik utama, yang menyebabkan sekitar 200.000 korban jiwa -- 60 persen di antaranya warga sipil -- dan lebih dari 1.800 ton bom yang belum meledak diperkirakan berserakan di daerah tersebut.
"Sebagian besar adalah bom AS dari Perang Dunia II, tetapi beberapa di antaranya adalah sisa dari militer Jepang," kata juru bicara kantor staf gabungan kepada AFP.