Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan, pandemi yang melanda seluruh dunia ternyata secara tidak sengaja juga menyebabkan kenaikan jumlah kasus penyakit campak dalam jumlah yang signifikan.

Dilansir dari IFL Science, dalam rentang waktu Januari-Februari 2022 ada lebih dari 17.338 kasus campak yang dilaporkan terjadi di seluruh dunia. Angka ini mengalami kenaikan hingga 80% dari jumlah kasus campak yang terjadi di tahun lalu.

Meningkatnya kasus campak ini terjadi secara kompleks dan diakibatkan oleh banyak faktor. Salah satunya adalah infrastruktur sistem kesehatan yang lemah di berbagai negara, akibat tekanan COVID-19.

Selain itu, terjadinya konflik dan krisis di suatu negara juga dapat menyebabkan penyebaran kasus campak menjadi tak terelakkan.

Beberapa negara yang memiliki jumlah kasus campak tertinggi hingga April 2022, rata-rata berada dalam situasi konflik bersenjata dan kekerasan besar-besaran. Hal ini membuat infrastuktur sistem kesehatan mereka kewalahan dan tidak berlangsung optimal.

Negara-negara tersebut di antaranya adalah Somalia, Yaman, Afghanistan, Nigeria dan Ethiopia.

WHO pun memprediksi adanya kenaikan penyebaran virus campak di Ukraina yang merupakan akibat dari perang yang terjadi di sana. Dugaan tersebut diperkuat dengan catatan yang menyatakan bahwa Ukraina memang mengalami kasus campak tertinggi di Eropa pada beberapa tahun terakhir.

Penyakit campak merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus sangat menular. Virus ini menimbulkan gejala seperti flu yang disertai dengan gejala ruam di kulit.

Sama seperti COVID-19, salah satu cara untuk menghentikan penyebaran virus campak adalah dengan pemberian vaksin yang sangat efektif dan terbukti dalam melindungi antibodi.

Sayangnya, pandemi dan sistem lockdown yang terjadi di seluruh dunia membuat banyak anak kesulitan mendapat akses vaksin campak yang memadai.

Menurut catatan WHO, ada lebih dari 23 juta anak yang tidak mendapatkan vaksin dasar ini di tahun 2020. Sayangnya, efek dari situasi tersebut baru dirasakan hari ini.

WHO juga yakin tingginya kasus campak hanyalah bagian dari permulaan. Dalam beberapa waktu ke depan, akan banyak bermunculan penyakit-penyakit lain akibat dari kesenjangan pendistribusian vaksin yang tidak sesuai target.

Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus menegaskan, pandemi COVID -19 telah menyebabkan terganggunya pelayanan imunisasi, sudah saatnya pemerintah dunia untuk memberi akses vaksin ke anak-anak yang rentan agar lebih banyak orang yang dapat hidup dengan sehat dan selamat.

Baca Juga: