Pemerintah telah memindahkan sekolah ke rumah-rumah. Tak pelak, anak-anak harus menghadapi perangkat seperti gawai setiap hari untuk mengikuti pelajaran. Pertanyaannya, amankah penggunaan smartphone oleh anak-anak? Adakah radiasinya tidak berbahaya bagi kesehatan?

Pandemi Covid-19 yang mengharuskan anak didik belajar dari rumah bukan tanpa risiko. Kondisi demikian ternyata bisa berdampak pada kesehatan. Di antaranya, kesehatan mata. Penggunaan perangkat teknologi baik laptop maupun gawai sebagai media belajar daring anak selama masa pandemi bisa negatif terhadap kesehatan.

Karena efek radiasi karena terlalu lama menggunakan gawai, maka sebaiknya, sangat berhati-hati. Gawai hanya untuk belajar, bukan bermain. Kalau sudah belajar ditambah bermain, maka radiasi bertambah karena penggunaan gawai lebih lama. Posisi membaca juga bisa mengakibatkan rabun jauh, lampu tidak terang, dan letak meja baca.

Ketua Komisi Mata Daerah Kabupaten Probolinggo, dr Mirah Samiyyah, mengatakan, radiasi gawai sangat tidak baik untuk mata. Dampak radiasi gawai juga bisa menyebabkan tumor. Gelombang elektromagnetik di smartphone mengandung radiasi yang kuat. Gelombang tersebut dapat menembus jaringan otak. Jika digunakan terus menerus, bisa menyebabkan kerusakan sistem saraf.

Apabila mata terus menerus melakukan kontak dengan suhu panas radiasi smartphone, akan terjadi pemadatan kabut secara perlahan. Hal ini kemudian menghalangi kornea dan membentuk katarak. Pancaran sinar biru (blue light radiation) tergolong dalam jenis high energy visible (HEV). Ini adalah cahaya tampak dengan tingkat energi yang besa yang tidak baik bai penglihatan.

Dosen Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB University, Lilis Sucahyo, STP, MSi mengatakan, penggunaan gadget terus-menerus membuat mata pegal akibat menatap layar dalam waktu lama. Hal ini membuat mata jadi lelah, kering, serta gangguan refraksi. Ini terjadi karena paparan radiasi layar perangkat elektronik.

Secara Umum

Secara umum, beberapa peneliti menunjukkan, hubungan antara gadget dan obesitas. Anak-anak yang bebas bermain gawai cenderung berisiko kegemukan karena tidak bergerak dan biasa sambil ngemil. Hal ini berbahaya karena 30 persen anak-anak obesitas akan mudah terkena diabetes, serangan jantung, dan stroke.

Jika anak susah tidur mungkin saja karena banyak bermain gawai. Di AS sebesar 75 persen anak-anak usia 9-10 tahun sulit tidur karena terlalu banyak bermain. Efek buruk kurang tidur menurunnya prestasi anak di sekolah.

Penggunaana teknologi semacam digital ini secara berlebihan bisa berpotensi menjadi penyebab depresi anak, kecemasan, kurang konsentrasi, autisme, bipolar, dan lainnya.

Gawai juga dapat memunculkan perilaku agresif karena pengaruh konten yang dilihat menampilkan perilaku kekerasan fisik dan seksual. Di AS bahkan telah memasukkan bentuk kekerasan dalam media sebagai risiko kesehatan masyarakat karena berpengaruh negatif terhadap anak-anak.

Selain itu, teknologi gawai membuat anak menjadi pelupa. Sebab berbagai macam bentuk teknologi media memproses informasi dengan cepat. Jika anak terlalu cepat memproses informasi, mereka malah cenderung kurang bisa berkonsentrasi dan daya ingat dapat menurun, sehingga menyulitkan belajar.

Bemain game dan aplikasi lain memang asyik. Jika orang tua terus membiarkan, akibatnya menjadi kebiasaan dan kecanduan. Penelitian Gentile menyebutkan, 1 dari 11 anak usia 8-18 kecanduan gawai.

Radiasi ponsel atau tablet cukup berbahaya bagi kesehatan anak. Jika terlalu sering bermain akan berisiko mengganggu sistem kekebalan dan perkembangan otak yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Edukasi melalui gawai ternyata bersifat tidak berkelanjutan. Menurut peneliti Cris Rowan, edukasi yang berasal dari gadget tidak akan lama dalam ingatan anak-anak, sehingga cara ini perlu dibatasi. hay/G-1*

Baca Juga: