Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung Amerika Serikat (AS) dan dipimpin Kurdi di Suriah utara mengatakan pada Selasa (7/6) bahwa mereka akan meminta dukungan kepada pemerintah di Damaskus jika Turki melanjutkan ancamannya untuk meluncurkan serangan baru ke Suriah, seperti dikutip Alarabiya News.

SDF mengatakan prioritasnya adalah untuk mengurangi ketegangan di dekat perbatasan dengan Turki, tetapi juga bersiap untuk pertarungan panjang jika Ankara tetap melaksanakan apa yang menjadi ancamannya.

Alarabiya News menyebut pengumuman SDF sebagai pesan yang ditujukan ke AS dan dimaksudkan untuk mendapatkan tekanan dari Washington pada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk mengesampingkan rencana ofensifnya.

Erdogan telah berulang kali mengatakan selama beberapa minggu terakhir bahwa dia merencanakan operasi militer besar untuk menciptakan zona penyangga sedalam 30 kilometer (19 mil) di sepanjang perbatasan Turki dengan Suriah, melalui serangan lintas batas terhadap pejuang Kurdi Suriah yang merupakan sekutu AS, sebuah upaya yang gagal di tahun 2019.

Analis menjelaskan Erdogan mengambil keuntungan dari perang di Ukraina untuk mendorong tujuannya sendiri di Suriah, bahkan menggunakan kemampuan Turki sebagai anggota NATO untuk memveto keanggotaan aliansi oleh Finlandia dan Swedia sebagai potensi pengaruh.

Alarabiya News melaporkan situasi di lapangan antara keduanya telah menegang dengan baku tembak antara pejuang Kurdi Suriah yang didukung AS di satu sisi dan pasukan Turki serta orang-orang bersenjata oposisi Suriah yang didukung Turki.

Para pejuang oposisi Suriah yang didukung Turki bahkan telah bersiap selama berminggu-minggu untuk mengambil bagian dalam operasi terhadap pasukan pimpinan Kurdi Suriah, sebagai upaya untuk memperluas wilayah pengaruh mereka di Suriah.

Pada sisi lain, hubungan antara para pejuang pimpinan Kurdi yang menguasai sebagian besar wilayah utara dan timur Suriah, termasuk kota Tel Rifaat dan Manbij yang disebut Erdogan sebagai kemungkinan sasaran, dengan pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagian besar telah dingin selama beberapa tahun terakhir.

"Pertemuan itu mengkonfirmasi kesiapan pasukan (SDF) untuk berkoordinasi dengan pasukan pemerintah Damaskus untuk menghadapi kemungkinan serangan Turki dan untuk melindungi wilayah Suriah dari pendudukan," kata pernyataan itu.

Pernyataan itu bahkan menyebut "kemungkinan invasi Turki akan mempengaruhi stabilitas dan kesatuan wilayah Suriah."

Namun, pernyataan itu tidak merinci apa yang dimaksud dengan 'koordinasi' dan apakah aliansi dengan pemerintah al-Assad di Damaskus akan diterjemahkan menjadi pasukan gabungan di lapangan.

Alarabiya News, menuturkan Sejak 2016, Turki telah meluncurkan tiga operasi besar di dalam wilayah Suriah, menargetkan milisi utama Kurdi Suriah - Unit Perlindungan Rakyat atau YPG - yang dianggap Turki sebagai organisasi teroris dan perpanjangan dari Partai Pekerja Kurdistan atau PKK yang dilarang di Turki. PKK selama beberapa dekade mengobarkan pemberontakan di Turki melawan pemerintah di Ankara.

YPG, sendiri merupakan tulang punggung SDF, yang telah memimpin perang melawan militan kelompok ekstremis ISIS dan telah terbukti menjadi sekutu utama AS di Suriah.

Baca Juga: