Judul : Seni Hidup Lebih Bahagia dengan Berpikir Positif
Penulis : Coky Aditya Z
Penerbit : Laksana
Cetakan : Pertama, Juli 2019
Tebal : 200 halaman
ISBN : 978-602-407-572-9

Seperti magnet yang memiliki kekuatan menarik benda, kerja pikiran manusia juga sama. Pikiran mampu menarik apa saja yang dihasilkan proses visualisasi seseorang. Maka, jika yang dihasilkan buruk, cara pandang dan tindakan pun akan kontraporoduktif. Pikiran selalu memiliki sisi positif dan negatif. Sialnya, pikiran negatif lebih mudah masuk daripada berpikir positif. Padahal pikiran positif jauh lebih sehat.

Pikiran negatif terkadang menjadi penyebab terbesar kecemasan, ketakutan, dan kemarahan. Ini tentunya sangat kontraproduktif. Sayangnya, sering kali orang mudah dikendalikan pikiran negatif. Buku ini menjelaskan bahaya disebabkan pikiran negatif dan cara mengatasinya.

Secara sederhana, pikiran negatif muncul dan diyakini benar tentang sesuatu yang belum tentu benar mengenai kejadian nyata. Ini bisa berupa pemikiran, perasaan, maupun intuisi yang menyalahkan diri sendiri dan orang lain. Dia bisa mengendurkan semangat dan daya juang.

Bahayanya jika pola pikiran negatif itu telah menjadi jalan hidup. Artinya, kebiasaan pola pikir negatif telah berlangsung bertahun-tahun dan dianggap normal. Dalam ilmu psikologis, pikiran negatif banyak dikaitkan gangguan kejiwaan obsessive compulsive disorder (OCD). OCD merupakan gangguan kecemasan karena pikiran sehingga menghasilkan kegelisahan, ketakutan, dan kekhawatiran.

Biasanya, pemikiran mengganggu tersebut berupa suara hati, saran-saran, dan gambaran yang bersifat curiga, menuduh, menghakimi atau memvonis. "Kebiasaan berpikir dan berbicara negatif terhadap diri sendiri akan berpengaruh terhadap kehidupan di dunia nyata. Semakin negatif berpikir, kian negatif pula realitasnya. Padahal, pikiran dan perasaan negatif bukanlah fakta" (hal72).

Beberapa bentuk pikiran negatif yang harus dihindari di antaranya, panik, hitam putih, stereotip, ekstrem dan penalaran secara emosional. Buku menyatakan, penyebab pikiran negatif karena kurang wawasan keagamaan, pola asuh keluarga yang negatif, pengaruh internal-eksternal, semangat hidup lemah dan penetrasi media informasi.

Pendapat ini diperjelas bahwa pikiran negatif tidak datang begitu saja, tapi akumulasi kelakuan. Penyebabnya bisa dari dalam maupun luar. Lingkungan juga ikut berpengaruh terhadap pikiran negatif.

Tanpa disadari, sejatinya pikiran negatif lebih berbahaya. Bila berpikir negatif, begitulah isi kepala seseorang. Ini akan membawa dampak buruk bagi kehidupan. Pikiran semacam ini akan merangkai hidup menjadi mata rantai penderitaan, perasaan tidak tenang, kesepian, dan sakit secara fisik. Pikiran negatif tak ubahnya gigitan ular. Berpikir negatif dapat memberi dampak psikis maupun fisik.

Dampak berpikir negatif bagi psikis akan membuat orang rentan terserang stres dan menjadi awal depresi. Berdasarkan penelitian, pikiran negatif akan memperburuk depresi, dan berpengaruh terhadap fungsi kognitif.

"Menurut Masaru Emoto, berpikir negatif terus-menerus bisa meresonansi organ-organ tubuh tertentu, sehingga tidak bisa berfungsi secara maksimal. Akibat selanjutnya dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif mulai dari ringan hingga fatal. Misalnya, ketika seseorang sering cemas, lambungnya akan teresonansi. Terjadilah gangguan pencernaan berat yang dalam jangka panjang lambungnya menjadi tidak sehat" (hal 89).

Untuk mengatasinya, tenangkan pikiran. Kerjakan yang menyenangkan dan menenangkan seperti mendengarkan musik maupun berolahraga. Jangan mudah terbawa perasaan. Abaikan tulisan maupun ucapan berupa sindiran. Jangan mudah baper. Jangan silau dengan gemerlap media sosial. Banyak unggahan tidak sama dengan kenyataan. Diresensi Ridwan Nurrochman, Lulusan SMK Nusantara 1 Comal, Jateng

Baca Juga: